Kebanyakan dari kita lebih mudah menemukan alasan untuk mengeluh daripada mencari alibi untuk mengungkapkan rasa syukur. Tidak perlu contoh besar, contoh kecil aja bisa dipakai sebagai bukti. Setiap hari tiap pagi jam 05.00 waktu Denpasar, handphoneku pasti berbunyi. Bukan berbunyi karena di-misscall yayank-ku, bukan juga berbunyi karena baterainya low, tapi berbunyi karena alarmnya sengaja aku set jam segitu. Aku set jam 05.00 WITA tersebut agar aku segera bangun untuk shalat subuh, meskipun waktu subuhnya sendiri jam 5 lewat.
Dan tiap aku mendengar alarm ini berbunyi biasanya aku mengeluh, "mengganggu tidur aja", lagi enak-enaknya tidur diganggu, begitu pikirku. Gimana gak merasa terganggu wong tidurnya aja tiap hari lewat jam 00.00 wita dan harus bangun jam 05.00 wita, 5 jam tidur kan terasa kurang kalau tidur malam. Tapi sekarang aku sadar kalau sebenarnya aku tidak perlu mengeluh, aku tuch seharusnya wajib bersyukur. Karena dengan adanya bunyi alarm yang 'mengganggu' tidur tersebut, berarti aku masih bisa mendengar, dan yang terpenting adalah aku masih bisa terbangun, masih hidup dan bisa sadar kembali setelah beberapa jam tidak sadar karena tidur. Ternyata mengeluh itu lebih mudah daripada bersyukur. Tapi tidak semua yang bertitel 'lebih mudah' adalah yang harus dipilih. Intinya dibalik sesuatu yang kita keluhkan, ternyata ada sesuatu pula yang wajib kita syukuri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H