“…Karena saya melihat adanya dimensi spiritualitas yang eskapis (melarikan diri dari realitas kehidupan) itu sebagai ganjalan, maka saya mengambil sikap agar mengarahkan ke spiritualitas yang mempertimbangkan kemaslahan duniawi dengan cara membangun gerakan tarekat sayuriah..." (K.H Fuad Affandi)
=========================================
-Sedikit Cerita Tentang Petani Bandung-Temanggung
Beberapa bulan lalu, saya melakukan penulisan buku tentang kiprah seorang aktor kenamaan dalam dunia agribisnis, KH Fuad Affandi dari Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Bandung.
Buku yang saya beri Judul Entrepreneur Organik ini penting ditulis sebagai untuk mengangkat masalah-masalah penting yang terpendam ke permukaan, dengan cara saya sendiri dan dengan tujuan khusus. Akhirnya setelah riset lebih tiga bulan di kawasan Kaki Gunung Patuha yang dingin itu buku setebal 380 halaman itu beredar juga.
Kalau penulisan agribisnis barangkali tidak perlu ditanyakan lagi. Tetapi kenapa Fuad Affandi?
Di kalangan kaum tani, nama Fuad Affandi, 62 tahun, memang sudah bukan asing lagi. Ia adalah seorang Kiai yang mahir dalam urusan organisasi pertanian, pendidikan tani dan penerapan pertanian modern lain. Sekalipun ia hidup di alam agraris yang sulit maju, tetapi Fuad Affandi berhasil membuktikan bahwa kaum tani bisa bergerak maju dan meraih kemakmuran. Sang pengasuh ratusan anak fakir miskin di pesantrennya, Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Alamendah, Rancabali Kabupaten Bandung ini setiap kali berbicara dengan saya sering menyindir pertanian di kawasan Temanggung.
Kami sering berbicara itu di sela-sela wawancara karena Mang Haji, demikian nama panggilan KH Fuad Affandi sudah beberapa kali ke kawasan Karesidenan Kedu. Dulu sewaktu Pak Hasyim Afandi masih menjadi Bupati Magelang, Mang Haji Fuad juga sudah mengenalnya.
Suatu hari ia bilang, “itu orang Temanggung memang kaya-raya kok. Saya bilang ke Pak Bupati Hasyim, bagaimana tidak sugih wong petaninya seneng banget nanam tembakau yang untuk panen membutuhkan waktu 7 bulan lebih. Kalau petani di Bandung sini kan miskin. Karena itu kami memilih tanaman sayuran yang bisa panen setiap hari dengan pola tanam gilir," ujar Mang Haji.
[caption id="attachment_116170" align="aligncenter" width="274" caption="Kunjungan Pemda Temanggung di Pesantren al-itifaq"][/caption]
Sudah tentu ini adalah sindiran khas sang kiai peraih penghargaan Kalpataru untuk kategori penyelamat Lingkungan tahun 2003 itu. Mang Haji Fuad sesungguhnya sedang meledek para petani Temanggung, khususnya pak Bupati hasyim karena sebenarnya bertani tembakau memang tidak realistis lagi.
Bagi petani, dengan masa tanam yang begitu panjang dan kepemilikan tanah yang sempit hanya akan menjadikan penghasilan megap-megap, dan akhirnya akan terlibat gali-lubang dengan cara hidup berparadigma utang. Karena itu Mang Haji Fuad sendiri sekalipun tahu bahwa tanah di kawasan Rancabali Bandung sangat cocok buat tembakau, ia tidak pernah menganjurkan para petani menanamnya. Ia lebih memilih serius mendirikan gerakan “tarekat sayuriah” untuk memakmurkan ribuan kaum tani melalui koperasi yang didirikannya. Sedikit tentang pengertian Tarekat nyleneh ini, KH Fuad mengatakan:"...Karena saya melihat adanya dimensi spiritualitas yang eskapis (melarikan diri dari realitas kehidupan) itu sebagai ganjalan, maka saya mengambil sikap agar mengarahkan ke spiritualitas yang mempertimbangkan kemaslahan duniawi dengan cara membangun gerakan tarekat sayuriah. Maksudnya, kiai itu harus mampu membaca dinamika masyarakat. Di sini pertanian sayuran adalah basis,maka bukan tarekat eskapis atau gerakan radikal politik yang tepat, melainkan gerakan budidaya sayur mayur, alias tarekat sayuriah...."ujarnya berkelakar.
Sesungguhnya Bupati Temanggung sudah sadar jauh-jauh akan hal ini. Sejak awal mula maju menjadi Bupati ia sudah berusaha keras untuk mengalihkan sebagian pertanian tembakau ke komoditi yang lain. Sindiran Mang Haji Fuad tentu saja menjadi cambuk. Seperti biasa, dalam hal pertanian baru, para petani akan mengalami kesulitan memulai. Karena itu Bupati Hasyim sadar bahwa para petani mesti dibekali ilmu pengetahuan.
Sekalipun Mang Haji Fuad bisa berkata menanam sayur itu mudah, tetapi bagi petani tembakau tentu lain urusannya. Karena itulah Bupati Temanggung akan meminta K.H Fuad untuk membimbing petani sayur Temanggung. Program studi awal sudah dilakukan beberapa petani dari Bansari ke Al-Ittifaq pada awal Agustus lalu. Studi sehari ini untuk pengenalan awal langkah bertani sayur secara kolektif. Sedangkan studi lebih intensif, yakni magang beberapa hari di Al-Ittifaq direncanakan setelah Idul Fitri.
Selain urusan produksi, Bupati Temanggung juga pernah mengeluhkan masalah pemasaran. “Dulu di Magelang pertaniannya sudah bagus, lalu kami juga bisa join dengan PT Hero, tetapi soal kontiunitas pemasokan petani mengalami kesulitan,” katanya.
Dalam urusan pasar, terutama komoditi sayuran memang harus berpijak pada paradigma 3 K, yakni Kuantitas, Kualitas dan kontiunitas.
Mang Haji Fuad yang sekarang menjadi raja pemasok produk sayuran di berbagai supermarket itu menjelaskan, “kita harus jeli soal barang yang kuantitas bisa ditingkatkan menjadi kualitas. Kita juga harus bisa membedakan keduanya agar konsumen mendapatkan layanan sesuai barang. Kalau barang masuk golongan kuantitas jangan dicampur dengan yang berkualitas. Selain itu yang lebih penting adalah melayani kehendak pasar.
Dalam bisnis tidak ada kata tidak untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam. Pasar tidak mau tahu karena musim sedang tidak kondusif lantas kita meminta pemakluman atas ketidakmampuan kita. Kita sendiri yang harus bisa membaca problem dan menyelesaikan agar produk tetap ada, tetap kontinyu,” jelas kiai alumni Pondok Al-Hidayah Lasem ini.
Sekarang Temanggung punya Bupati Hasyim Afandi, yang saya lihat nalar maupun giat kerjanya serupa dengan Kiai Fuad Affandi. Sama-sama pemihak rakyat jelata dan selalu gelisah dengan nasib orang-orang kecil. Fuad Affandi dengan"kekuasaan" karismatiknya telah berhasil mentransformasikan kehidupan kaum tani secara fenomenal.
Dengan prinsip saling kerjasama, tentu kedua Affandi itu setidaknya bisa memainkan transformasi pertanian di Temanggung. Kerjasama tentu bukan sekedar pelatihan, melainkan ke arah yang lebih jauh dan permanen, semisal dalam urusan pemasaran dan manajemen kontrol. (faiz manshur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!