Mohon tunggu...
Faiz Ismail
Faiz Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Hanyalah Seorang Pelajar

Hanyalah Seorang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Ini Alasan untuk Stop Makan Nasi

24 Februari 2021   15:01 Diperbarui: 24 Februari 2021   15:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.republika.co.id

Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling dibutuhkan oleh manusia. Karbohidrat terdiri dari banyak senyawa antara lain karbon, hidrogen, dan oksigen. Kita dapat menjumpai karbohidrat dalam makanan kita sehari-hari misalnya dalam nasi/beras, kentang, jagung, ubi, dan serealia. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, serta kitin pada hewan dan jamur) (Campbell et al., 2002).

Beras merupakan salah satu makanan yang mengandung karbohidrat. Beras berasal dari tanaman padi yang biasa kita temui di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Ini dikarenakan banyak ahli mengatakan bahwa padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM (Mariah Azhar, 2010).

Walaupun di Indonesia memiliki banyak sekali pilihan makanan sebagai sumber karbohidrat seperti kentang, ubi, singkong, dan masih banyak lainnya. Beras tetap menjadi pilihan utama konsumsi karbohidrat masyarakat hal tersebut dibuktikan dengan data konsumsi beras di Indonesia yang dikemukakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2017 yang mencapai hampir 30 juta ton dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini tentu sangan besar bila kita bandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya seperti jagung yang hanya berkisar 5 juta ton dalam tahun yang sama.

Konsumsi beras yang sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sangat tergantung sekali pada tanaman padi sebagai makanan pokok. Memang beras memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yakni dalam 100 gram beras/nasi putih mengandung sekitar 175 kkal dan juga manfaat lainnya seperti membantu jaga kesehatan tulang, saraf, dan otot karena kandungan magnesiumnya tinggi. Meskipun begitu kita tidak boleh bergantung pada beras untuk konsumsi karbohidrat kita. Karena kita hidup di negara yang memiliki tanah yang subur sehingga memungkinkan kita memiliki ragam sumber karbohidrat seperti yang sudah disebutkan (kentang, ubi, singkong, dan lain-lain).

Ambil contoh singkong kita jadikan sebagai makanan pokok. Apakah bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia? Di dalam 100 gram singkong mengandung 160 kkal. Hampir mirip dengan 100 gram beras tetapi dalam singkong kebanyakan karbohidratnya adalah sukrosa, yakni karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan fruktosa sehingga memerlukan waktu yang lebih untuk dicerna dibandingkan beras yang hanya terdiri dari glukosa. Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa singkong dapat menggantikan peran beras sebagai makanan pokok.

Mengapa kita harus mulai memikirkan makanan pokok alternatif mulai saat ini? Ada dua jawaban utama untuk pertanyaan ini, saya mulai dari banyak studi saat ini yang menyimpulkan bahwa konsumsi beras/nasi yang berlebihan sangat berbahaya. Karbohidrat yang berlebih dapat meningkatkan asam lemak yang meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung, bahkan ini jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan gorengan yang mengandung banyak lemak jenuh (Volk et al., 2014).

Adanya krisis iklim di dunia yang bisa menyebabkan krisis pangan. Dalam studi yang dilakukan pada 2007 menemukan produksi beras di Jawa Barat dan Jawa Tengah menurun hingga 65% akibat dari terhambatnya produksi beras dalam jangka waktu hanya sebulan, ini dikarenakan adanya krisis iklim (Naylor et al., 2007). Hal yang terjadi sama di Bali, di Bali produksi menurun sebesar 20% akibat dari krisis iklim (Takama et al., 2017). Pada tahun 2050 diproyeksikan 290 ribu hektar sawah di Indonesia yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok akan hilang (Trisia et al., 2016).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun