Jamu gendong adalah warisan nenek moyang kita yang masih tetap lestari hingga saat ini, kita tahu bahwa nusantara ini menyimpan banyak aneka tumbuh tumbuhan berkhasiat obat, kekayaan itu yang seharusnya kita manfaatkan untuk merawat kesehatan kita dan juga kesehatan masyarakat kita seperti yang dilakukan oleh leluhur kita selama ratusan tahun.
Pedagang jamu gendhong pada umumnya membawa jamu yang diletakkan di bakul dengan cara digendhong dengan menggunakan selendang. Menurut Riswan, the word "gendhong" itself means to bring something on the back. Maksudnya adalah membawa barang dengan cara diletakkan di punggung atau dipinggang. Menggendhong sesuatu biasanya juga digunakan suatu alat yaitu lendang atau selendang.Â
Selendang menurut Riswan adalah long wide shawl. Selendang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kain panjang yang digunakan untuk menggendhong jamu dengan bakul sebagai wadah jamu-jamunya.Â
Bakul adalah wadah atau tempat terbuat dari anyaman bambu atau rotan dengan mulut berbentuk lingkaran, sedangkan bagian bawahnya berbentuk segi empat yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran bagian mulutnya. Pada perkembangan berikutnya, penjualan jamu ke desa-desa dilakukan secara berkeliling.Â
Dikutip dari buku The Essence of Indonesian Spa oleh Louise Jumarani, penjual laki- laki membawa jamu dengan cara dipikul dan kaum perempuan menjajakan jamu dengan cara digendong.
Masyarakat mengonsumsi jamu gendhong karena percaya pada khasiatnya yang alami. Jamu juga tidak mengandung bahan kimia tambahan, karena jamu yang sudah dicampur dengan bahan kimia tidak lagi disebut jamu. Namun, resep jamu pada masa kini bukan hanya berasal dari pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan oleh nenek moyang saja tetapi juga berasal dari banyaknya informasi yang dapat dijangkau luas dan mudah oleh seluruh masyarakat.
Salah satu desa dengan penjual jamu terbanyak di Indonesia yaitu Desa Tonoboyo. Desa Tonoboyo merupakan desa yang berada di Kabupaten Magelang ini memiliki sejuta pesona keindahan dan beragam umkm salah satunya yatu jamu gendhong. Khusus jamu gendhong sendiri berada di Dusun Jubug dengan kurang lebih 30 pengusaha jamu gendong.Â
Penjual jamu gendhong di Desa Jubug masih mempertahankan proses pembuatan dan peratan tradisional meskipun dalam proses penjualannya sudah ada beberapa yang menggunakan sepeda motor. Masyarakat Dusun Jubug menganggap bahwa Jamu Gendhong meruupakan warisan nenek moyang yang sudah seharusnya di lestarikan dan dijaga oleh generasi muda terutama keluaga penerus penjual jamu gendhong tersebut.
Berikut merupakan jenis-jenis jamu gendhong yang diproduksi oleh umkm jamu gendhong di Desa Tonoboyo :
1. Beras Kencur