Mohon tunggu...
muslimah muslimah
muslimah muslimah Mohon Tunggu... -

muslimah adalah mahasiswa uin maulana malik ibrahim malang,, moto psikologi " tetap bisa"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian Berbisik

2 Desember 2014   11:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Setiap yang hidup pasti akan mati “kata-kata itulah yang harus digaris bawahi kalau kita semuanya akan berakhir meskuipun tidak tahu kapan kematian itu datang.

Arjun seorang anak yang kerap kali memikirkan kematian yang akan dia hadapi atauperpisahan yang akan terjadi pada orang yang dia cintai disebabkan kematian. Oleh karena itu dia selalu membuat puisi-puisi tentang kematian. Kali ini Arjun mencatat puisinya diatas kertas tanpa garis dengan melihat pemandangan laut yang menyapa dengan senja nan cantik, Arjun mulai menulis dengan judul :

KEMATIAN BERBISIK

Jiwa dan raga terpisah

Kehidupan berakhir dan mulai kembali

Harta dan keluarga menjadi kenangan

Pengalaman terlupakan

Pristiwa hanya pristiwa

Tragedi telah berlalu

Hidup yang berarti

Berakhir dengan satu kata “Kematian”

Tindakan akan dihitung tindakan

Semuanya akan ternilai

Dalam hingar bingar dunia

Memetik hasil pada kehidupan mendatang

Siiiiiisittttt hembusan angin petang mengeujkan Arjun sehingga konsentrasinya terpecah sejenak, dan membuat Arjun menolehkan kepalanya pada suara ombak yang menari-nari seakan-akan memangil Arjun untuk melihatnya. Arjun tersenyum menyapa sapaan ombak dan kembali bembangun knsentrasinya dan membuang sejenak godaan dari ombang nan cantik itu. Arjun ayo lanjutkan lagi puisinya“ kata hati Arjun mengerutu,,,,,

Baik atau Buruk

Kotor atau bersih

Rapi atau berantakan

Semuanya balasan

Semuanya hadiah

Semuanya hasil

Hasil panen pohon krhidupan MU .

Azan magrib mengemah dan seakan-akan menuruh Arjun untuk kembali kerumahnya yang tak jauh dari laut, dan suara sayu-sayu terdengar dielingga Arjun ketika jeda-jeda azan, ketika Arjun mengikuti suara itu ternyata suara adiknya yang memangil dan meminta kakaknya untuk kembali kerumah atas suruhanibu, “Kak ayo pulang sudah magrib loh”dengan singkat Arju menjawab dan tidak lupa dengan senyum manis yang dia lontarkan pada adik bungsanya yang berkisar umur 7 tahun “ ya adik sayang, ayo kita pulang’. Sambil lari-lari kecil mereka beranjak meninggalkan laut seakan-akan mengajak adiknya untuk lomba lari dan ombak nan cantik serasa sedih ditingal oleh Arjun sang kakak Azam.

“INGATLAH KEMATIAN ITU PASTI DAN AKAN DATANG, MESKIPUN KITA TIDAK TAHU KAPAN IA AKAN DATANG”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun