Desa Jambuwer merupakan sebuah desa di wilayah kecamatan Kromengan  kabupaten Malang. Desa dengan penduduk yang cukup banyak memiliki usaha, baik dalam pertanian atau peternakan. Selain itu ternyata di desa Jambuwer juga terdapat pengusaha pembuatan tempe. Yang bertempat di rumah bapak Toyo dan ibu Darni. Usaha ini sudah ada turun temurun dari nenek moyang mereka.Â
Bapak Toyo sudah menjalankan usahanya semenjak tahun 1991 hingga sekarang. Bapak Toyo dalam membuat tempe hanya dengan istrinya saja yaitu ibu Darni. Mereka tidak berkeinginan untuk memiliki karyawan. Saat itu juga ada penawaran dari pemerintah untuk memberikan modal agar pengusaha tempe ini menjadi lebih berkembang lagi, akan tetapi mereka tolak.Â
"Cukup begini saja, asal bisa untuk biaya kehidupan sehari-hari dan saya tidak ingin ribet dalam hal perdagangan dan berproses", ucap bu Darni. Tempe ini tidak hanya dibeli oleh warga sekitar akan tetapi dipasarkan kepada tukang sayur dan pasar-pasar sayur.Â
Terdapat 15 pelanggan tukang sayur yang membeli tempe bapak Toyo. Mereka menjualkan tempenya hanya dengan harga 2.500 saja. Sangat banyak keuntungan yang didapat oleh mereka, akan tetapi juga pernah memiliki kerugian hingga mencapai 5000kg.Â
Kerugian disebabkan karena tempe yang di olah mengalami kebusukan yang tidak tau disebabkan karna apa. "Tempe yang kami buat tiba-tiba busuk, untuk hari pertama masih sedikit yang busuk dan untuk hari berikutnya semakin banyak tempe yang busuk dan seterusnya hingga kami mengalami kerugian sebanyak 5000kg. Kami pun juga tidak tau apa penyebab kebusukan pada tempe tersebut, sehingga tempe-tempe tersebut kami buang dengan cara kami pendam dalam tanah". ucap bu Darni. Mereka mengalami kerugian hingga 1 bulan, akan tetapi bapak Toyo dan ibu Darni tidak putus asa dan selalu semangat dalam melaksanakan usaha tempe ini hingga sekarang.Â
Dulu memang banyak pengusaha tempe tetapi sudah gulung tikar, hingga tinggal usaha tempe bapak Toyo yang masih berjalan. Modal yang mereka buat berawal dari pembuatan tempe sebanyak 15 kg per hari, dan sekarang meningkat menjadi 40 kg perharinya. Mereka membeli kedelai 1 ton setiap bulan nya, akan tetapi jika harga kedelai murah, mereka bisa membeli hingga 3 ton. Pembuatan tempe selalu dilakukan setiap harinya untuk hari raya hanya libur 1 hari. Mereka juga membuka pesanan untuk yang ingin membuat keripik tempe. Jadi pembuatannya di campur dengan sagu.Â
Proses pembuatan ini hanya memakan waktu 2 malam saja untuk bisa menjadi  tempe. Dengan cara kedelai yang sudah di beli langsung di rebus, di giling atau dipecah, dibuang kulitnya. Direndam satu malam dengan memakai air dingin, kemudian di rebus lagi bersama air yang tadi atau bisa disebut dengan cuka, kemudian di campur dengan ragi lalu di keringkan selama satu malam, setelah itu  di masukan  ke dalam plastik selama 2 malam agar menjadi tempe yang enak dan gurih.Â
Pembuatan dilakukan saat sore hari dan untuk pagi harinya mereka melakukan pemotongan tempe untuk para pelanggan nya. Limbah dari pembuatan tempe ini pun tidak di buang begitu saja, tetapi sangat bermanfaat bagi bapak Toyo dan ibu Darni, karna oleh mereka dijadikan sebagai makan dan minum kambing peliharaannya. Banyak pengalaman yang bisa diambil dari mereka, mereka merupakan pekerja keras yang tidak pernah putus asa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H