Mohon tunggu...
Nur Faiz Amalia
Nur Faiz Amalia Mohon Tunggu... Akuntan - ada

jangan takut untuk mencoba

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Mengembalikan Kesadaran Masyarakat terhadap Virus COVID-19

10 Desember 2020   21:30 Diperbarui: 12 Desember 2020   19:52 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Munculnya COVID-19 hingga kini masih menjadi kekhawatiran dunia salah satunya negara Indonesia. Kasus virus corona atau COVID-19 saat ini penyebarannya terus mengalami peningkatan. Dilansir dari CNN Indonesia, Senin (7/12) konfirmasi positif virus corona di Indonesia bertambah 5.754. Akumulasi kasus positif tersebut terhitung secara nasional mencapai 581.550 orang terinveksi sejak awal terungkapnya virus corona pada awal bulan Maret lalu. Dari jumlah akumulasi tersebut di antaranya pasien dinyatakan sembuh sebanyak  479.202 (bertambah 4.431) dan meninggal dunia 17.867 (bertambah 127). Meski demikian, banyak orang yang masih tidak percaya dengan adanya virus corona. Dengan kondisi tersebut, masyarakat dihimbau agar semakin hati-hati dalam menjaga diri agar terhindar dari virus berbahaya ini serta disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan yang ada.

Awal bulan Maret pemerintah mengumumkan kasus pertama virus COVID-19. Sampai akhirnya pemerintah bersama tenaga medis merujuk dari arahan organisasi kesehatan dunia atau WHO mengumumkan serangkaian protokol kesehatan yang harus dipatuhi masyarakat. Serangkaian protokol kesehatan tersebut sebagai langkah awal pencegahan virus, agar masyarakat tetap waspada untuk menjaga diri maupun orang disekitarnya dari bahaya virus corona. Menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker dianggap sebagi langkah efektif untuk pencegahan awal. Terkait dengan peraturan tersebut, Masyarakat dari berbagai kalangan berbondong-bondong membeli masker, hand sanitizer, vitamin, sampai memborong persediaan makanan di karenakan pemberlakuan PSBB di sejumlah daerah dengan kasus penularan terbanyak. Perilaku masyarakat yang demikian mengakibatkan harga masker melonjak naik, harga masker bedah yang awalnya Rp. 1000,-/lembar naik sampai Rp. 10.000,-/lembar, berapapun harganya orang-orang tetap membelinya demi mendapatkan masker.

Semua terkena dampak dari pandemi. Mulai dari sektor pendidikan yang menutup kegiatan belajar mengajar tatap muka dan menggantinya dengan sistem daring agar siswa tetap belajar dari rumah. Sektor perekonomian dari mulai pemerintah sampai masyarakat yang terganggu. Banyak dari perusahaan yang menerapkan sistem WFH atau bekerja dari rumah sehingga sistem penggajian juga berubah bahkan sampai ada yang kehilangan pekerjaan karena pengurangan. Sektor peribadatan yang mengharuskan masyarakat melakukan kegiatan ibadah dari rumah saja agar tidak menimbulkan kerumunan. Public place banyak yang harus tutup sementara karena harus berdaptasi dengan pola baru yang diterapkan pemerintah menggunakan protokol kesehatan.

Kekhawatiran serta kepanikan tersebut muncul diawal pandemi dan seiring berjalannya waktu keadaan mulai lebih tenang dan kondusif. Sampai saat ini, Pemerintah masih mewajibkan semua orang untuk memakai masker yang menggunakan bahan kain, selain harganya yang murah dan mudah didapat, masker kain dapat digunakan beberapa kali setelah dicuci dengan benar dan bersih. Hal ini bertujuan agar masker medis diutamakan untuk tim medis dan pasien yang terinfeksi. Orang-orang pun sekarang tampil memakai masker kain dengan segala motif dan model. Pemerintah mulai membuka kembali tempat-tempat usaha dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Namun kini yang terjadi di masyarakat sangat bertentangan dengan situasi pandemi yang kini kian "menerkam". Di era adaptasi baru saat ini atau biasa disebut era New Normal, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa virus corona sudah tidak ada dan mereka menganggap virus corona hanya sebagai konspirasi politik dan ekonomi pihak tertentu. Anggapan-anggapan masyarakat tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena banyaknya muncul berita-berita hoax dan berulang di tengah gencarnya sosialisasi pencegahan COVID-19. Masyarakat justru seperti mengabaikan protokol kesehatan. Banyak orang berpergian tanpa menggunakan masker, mengabaikan social distancing, apalagi rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan memakai handsanitizer. Masyarakat menganggap kalau dirinya aman-aman saja dan memiliki kemungkinan kecil untuk bisa terpapar virus karena tubuhnya yang sehat.

Lantas apa yang dapat dilakukan pihak pemerintah maupun tim medis terkait? Pertama, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tiada henti, masyarakat perlu disosialisasi terus menerus. Kedua, demonstrasi simbolik contohnya seperti kejadian yang viral terkait dengan pelanggar masker yang dimasukan ke dalam peti jenazah. Itu menjadi langkah yang baik untuk menyadarkan masyarakat bahwa virus Covid-19 itu nyata adanya. Selanjutnya, Menggunakan kekuatan tokoh publik, hal ini juga menjadi cara agar apa yang disampaikan pemerintah bisa sampai ke masyarakatnya. Peran tokoh publik di anggap penting menjadi pemberi contoh dan panutan. Dengan cara menggunakan tokoh publik di media sosial ataupun secara langsung seperti menggunakan peran RT dan tokoh masyarakat lainnya yang disegan. Sebelumnya itu, tokoh publik harus diberi pemahaman dan edukasi bahwa mereka jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan karena berpotensi menjadi panutan bagi pengikut atau penggemarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun