Sudah hampir memasuki bulan ke 5 Indonesia dihantui dengan virus yang katanya cukup berbahaya, kita bisa menyebutnya virus itu dengan sebutan COVID-19. Bahkan bukan hanya di Indonesia saja tapi hampir seluruh dunia pun ikut merasakannya.
Adanya virus ini mungkin cukup merugikan berbagai pihak. Dari mulai PHK di berbagai perusahaan, berkurang drastis penghasilan buruh harian, dan masih banyak sekali kerugian yang didapat akibat adanya virus tersebut. Semuanya di paksa untuk diam di rumah saja.
Bicara tentang virus, khusus untuk persepak bolaan Indonesia, virus Covid tentu sangat mengganggu. Program yang sudah dirancang dan disusun oleh Federasi sepak bola Indonesia secara tiba-tiba dipaksa untuk harus memutar otak. Turnamen liga yang sudah berjalan 3 pekan terpaksa harus diberhentikan karena dinilai cukup riskan jika harus dipaksa untuk berlanjut, khawatir penyebaran virus itu sangat cepat sekali.
Jika bicara tentang kerugian, tentu semua sangat dirugukan. Terutama pencinta sepak bola dalam negeri sendiri, saya pribadi merasa sangat dirugikan. Kebiasaan setiap akhir pekan yang disuguhkan oleh pertandingan sepak bola, kini harus dipaksa harus mencari tontonan lain.
Bukan hanya itu saja, silaturahmi antar sesama pencinta sepakbola pun menjadi berkurang, karen adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Semua merasa sangat dirugikan.
Sebagai seorang pencinta sepak bola jika harus memilih pertandingan diberhentikan atau tidak, dengan sangat berat hati mau tidak mau harus memilih diberhentikan. Pilihan yang sangat sulit memang. Tetapi bagaimanapun itu pencegahan penyebaran virus Covid itu harus didukung. Terutama kesehatan menjadi hal penting dalam soal ini.
Seperti apa yang sudah di katakan oleh kepala bagian medis FIFA selaku kiblat sepak bola dunia. Michel D'Hooghe merasa sepak bola bukan lagi hal yang paling penting di tengah pandemi  Covid-19. Menurut D'hooghe, operator kompetisi di setiap negara kini harus mematuhi pemerintah masing-masing.
"Kita sekarang ikut keputusan dari otoritas nasional setempat. Sangat sederhana. Sepak bola bukan lagi yang terpenting dalam hidup," kata D'Hooghe
Pandem covid-19 yang melanda dunia memaksa kegiatan sepak bola berhenti. Sejumlah liga top di Eropa pun harus rehat, meski persaingan sedang hangat berjalan.
Namun demikian, belakangan ini muncul wacana agar kompetisi kembali bergulir. Penyebabnya, klub-klub kehilangan pemasukan dari hak siar dan penjualan tiket pertandingan.
Hal tersebut membuat keuangan klub terancam. Beberapa klub harus memotong gaji para pemainnya agar tetap bisa membayar staf internal mereka.
Saat ini, pemerintah sejumlah negara masih memberlakukan lockdown. Mereka khawatir, jumlah orang yang positif virus Corona akan semakin meningkat.
Sepak bola memang sudah menjadi keharusan, terutama di Indonesia sendiri.Â
Sepak bola sudah menjadi seperti budaya. Pemberhentian sepak bola membuat pencinta sepak bola menjadi seperti ada yang kurang. Euforia itu seakan hilang.