Mohon tunggu...
Faizal Hadi Nugroho
Faizal Hadi Nugroho Mohon Tunggu... Guru - Akademisi

Menulis membuatmu hidup

Selanjutnya

Tutup

Film

Skeptis Optimis Drama Korea

23 Februari 2021   16:28 Diperbarui: 23 Februari 2021   17:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Anda mungkin salah satu pengguna situs alir video (video streaming) dan mungkin salah satu pengguna premium dari situs tersebut. Mungkin saja Anda gunakan untuk memanfaatkan waktu karena beraktivitas dari rumah atau memang Anda gemar menonton tayangan alir video. Beragam tayangan dapat Anda tonton dengan beragam variasi genre. Salah satunya adalah drama. Dalam tulisan ini Anda akan saya ajak menyelami drama Korea atau lazim disingkat menjadi drakor dalam dua pandangan.

Pandangan pertama akan dimulai dari pandangan skeptis. Drama Korea menampilkan hal-hal yang tidak sesuai dengan tayangan di Indonesia. Adegan romantisme sering tampil. Visualisasi tokoh yang tampan dan cantik yang kemudian menjadi standar kecantikan Korea juga diperkenalkan di dalam drama. Belum lagi budaya minum soju yang tentu kurang etis jika ditampilkan dalam tayangan di Indonesia.

Pandangan kedua adalah pandangan optimis. Masukknya drama Korea menambah segar tayangan yang dapat dinikmati. Penonton tidak sekadar disuguhi intrik perebutan harta warisan, perebutan jodoh, atau bahkan azab. Penonton kini diberikan alternatif luar biasa terhadap drama. Ide-ide segar sineas Korea begitu luar biasa.

Dalam drama "Mr. Queen" disajikan tayangan seorang pria yang harus bertukar jiwa dengan seorang perempuan di Dinasti Joseon. Drama "True Beauty" menawarkan konsep kecantikan sesungguhnya. Lain itu, "Hotel de Luna" malah menyuguhkan dunia lain dalam konsep cerita yang unik. Ide mereka unik dan dalam beragam forum fanpage drakor, selalu dikenang walau dengan jumlah episode yang tidak pernah mencapai lima puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan ala tayangan Indonesia.

Keberadaan drama Korea perlu dianggap sebagai "ancaman" yang harus kita "lawan". Bentuk perlawanan kita adalah meningkatkan standar atas apa yang kita tonton. Jangan sampai drama yang sasarannya remaja akhir hingga dewasa ditonton oleh anak di bawah umur karena mereka belum sepenuhnya bisa melakukan swasensor. Di samping itu, sineas Indonesia dan pertelevisian juga perlu berbenah. Jangan sampai pangsa pasar masyarakat Indonesia lebih memilih tayangan drama Korea daripada drama Indonesia karena kalah kualitas. Jayalah tayangan bermutu Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun