Desa Bojongmanggu di Kabupaten Bandung kini menjadi sorotan berkat potensi besarnya dalam pengembangan ekowisata berbasis sorgum. Dikenal dengan nama Kampung Sorgum yang memanfaatkan potensi sorgum untuk mendorong pengembangan ekowisata sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal di sana. Dengan tanah subur dan iklim yang mendukung, desa ini telah lama menjadi penghasil utama sorgum di kawasan tersebut. Namun, upaya inovatif yang menggabungkan edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal membawa desa ini ke level berikutnya. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim dari Universitas Telkom, warga Kampung Sorgum kini memiliki panduan lengkap berupa buku edukasi dan buku resep olahan sorgum. Buku-buku ini tidak hanya memperkenalkan manfaat sorgum tetapi juga menyediakan cara praktis mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti camilan, tepung, dan minuman.
Sorgum: Komoditas Pangan Alternatif Berdaya Tinggi
Sorgum, tanaman serelia serbaguna yang kaya akan protein dan mampu beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan, kini dipandang sebagai solusi strategis diversifikasi pangan di Indonesia. Presiden Joko Widodo bahkan mendorong pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan alternatif untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Di Desa Bojongmanggu, dengan dukungan lahan pertanian yang subur, telah menjadi produsen sorgum utama di wilayah ini, dimana sorgum tak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan tetapi juga diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti tepung, camilan, dan sirup. Melalui branding "Kampung Sorgum," desa ini tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga pengalaman unik berupa wisata berbasis pangan lokal.
Buku Edukasi dan Buku Resep: Inovasi untuk Pemberdayaan
Sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat, sebuah tim pengabdian masyarakat dari Universitas Telkom di bawah Research Alliance Kolabs berkolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati - Desa Bojongmanggu, untuk menyusun buku edukasi dan buku resep produk olahan sorgum. Buku ini adalah tidak hanya berfungsi sebagai panduan praktis, tetapi juga sebagai alat pemberdayaan yang melibatkan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Desa Bojongmanggu, dalam setiap tahap pengembangan. Dengan pendekatan partisipatif ini, masyarakat dapat belajar mengolah sorgum secara inovatif dan memanfaatkan produk tersebut untuk mendukung ekowisata dan menambah penghasilan rumah tangga mereka."Buku ini membantu kami memahami lebih jauh cara mengolah sorgum sekaligus mendukung pemasaran produk lokal," ujar salah satu anggota KWT Melati.
Dampak Positif bagi Ekonomi dan Pariwisata Lokal
Kegiatan ini telah membawa perubahan signifikan dalam pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan masyarakat. Sebelum pelatihan, pengetahuan masyarakat terbatas pada budidaya tradisional. Kini, mereka mampu menciptakan produk bernilai tambah yang menarik perhatian wisatawan. Produk olahan sorgum kini dipasarkan secara lokal dan menarik perhatian wisatawan. Meski demikian, akses pasar yang lebih luas masih menjadi tantangan utama. Untuk itu, pengembangan pemasaran digital menjadi langkah strategis berikutnya."Buku ini membantu kami tidak hanya memahami manfaat sorgum, tetapi juga bagaimana memanfaatkan produk ini untuk meningkatkan penghasilan keluarga," ujar seorang anggota KWT Melati. Produk-produk olahan sorgum mulai dikenal, baik di tingkat lokal maupun luar daerah. Dengan branding "Kampung Sorgum," desa ini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman unik wisata berbasis pangan.
Menuju Ekowisata Berkelanjutan
Dengan pendekatan partisipatif dan inovasi digital, Desa Bojongmanggu berpotensi menjadi contoh sukses pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Inisiatif ini tidak hanya mendukung diversifikasi pangan nasional tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Program ini tidak hanya mendukung diversifikasi pangan tetapi juga menginspirasi pengembangan ekowisata berbasis komunitas yang berkelanjutan. Dengan pendekatan yang partisipatif dan inovatif, Kampung Sorgum kini menjadi contoh nyata bagaimana desa kecil dapat bertransformasi menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan ekonomi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun hasilnya menjanjikan, masih ada tantangan seperti akses pasar yang terbatas. Untuk itu, pengembangan pemasaran digital menjadi prioritas berikutnya. Teknologi digital diharapkan mampu memperluas jangkauan pasar, sehingga produk sorgum dari Desa Bojongmanggu dapat bersaing di tingkat nasional.