Mohon tunggu...
Faizal Chandra
Faizal Chandra Mohon Tunggu... Relawan - Guru Matematika

terus belajar dan terus belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membuat Puisi Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

25 Februari 2019   22:43 Diperbarui: 27 Februari 2019   09:21 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen Shoot Layar HP Penulis

Baru -- baru ini penulis mencoba membuat beberapa Puisi, setelah mendapat beberapa kali ajakan dari teman maupun adik tingkat di kampus. Akhirnya saya nekat membuat 5 puisi, padahal saya tidak pernah belajar sebelumnya dan membaca buku puisi, penulis hanya bermodal pengalaman membaca beberapa puisi sebelumnya dan salah satu kompasianer yang suka say abaca puisi nya adalah Zulfian Syah yang merupakan teman penulis. 

Setelah saya menulis, terlihat jelas kalau tulisan penulis masih sangat kaku terutama dalam penggunaan gaya bahsa dan diksi, mungkin penulis harus lebih banyak berlatih lagi dan terus belajar dari orang -- orang yang lebih dahulu menggeluti dunia sastra ini.

Kali ini penulis ingin membahas sebuah tema yang menarik yaitu, Membuat puisi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum membahas lebih lanjut, alangkah baiknya kita membahas dulu penngertian Puisi?

Puisi adalah perwujudan rasa yang diungkapkan melalui sajak demi sajak dengan penekanan makna, rima,  serta irama. Pengertian ini penulis dapatkan setelah berkomunikasi dengan Zulfian Syah melalui Media Sosial WA (Whatsapp). 

Puisi sebenarnya tidak memiliki ketentuan dan tidak mengikat, kita boleh membuat sebuah puisi walaupun hanya 2 bait asalkan memiliki makna yang dalam.

Mungkin banyak yang penasaran dengan makna atau pesan setiap Puisi penulis yang dipublikasikan di Kompasiana. Maka dari itu penulis ingin membagikan pesan penulis walaupun sebenarnya sebuah puisi ivu lebih bagus kita maknai  sesuai pemahaman masing -- masing...

Pertama, Sebuah bayangan. Penulis tidak tau apakah ini pantas disebut Puisi atau tidak? (hehe). Dalam puisi ini penulis menceritakan bahwa saat ini masih nyaman menjadi bayangan atau bekerja dibalik layar karena ini cocok dengan kepribadian penulis yang merupakan introvert dan mencari cahaya atau teman yang selalu mendukung penulis,

Kedua,Senyum. Pada puisi ini penulis mendapatkan kritik bahwa gaya bahasa nya masih kaku dan tidak seperti bahasa puitis. Dalam puisi ini penulis menceritakan bahwa pentingnya senyum dalam menghadapi apapun, baik hal baik maupun hal buruk.

Ketiga, Matematika Hidup, puisi ini muncul saat penulis sedang makan, penulis tau jika puisi ini masih general dalam pemaknaan nya karena setiap orang pastinya mengartikannya secara berbeda -- beda. Dalam Puisi ini penulis ingin menyampaikan pesan untuk menjadi vektor yang selalu lurus ke depan dan lurus ke atas, maksudnya memiliki hubungan baik dengan sesama manusia dan tuhan.

Keempat, Mematematika -- kan Hidup, puisi ini muncul saat berselancar di dunia maya  dan keinginan untuk kembali membuat puisi. Dalam puisi ini penulis ingin menyampaikan pesan jika manusia harus hidup seperti layaknya bilangan prima. Maksudnya yang menentukan kesuksesan adalah dirimu sendiri dan tuhan, jadi terus belajar, jangan menyerah, dan janganlah sombong.

Kelima, Me-Matematika- kan Cinta, ini puisi terakhir yang ingin penulis buat dengan Nekat (hehe). Dalam puisi ini penulis menjelaskan bahwa Cinta dapat merubah kita baik dari sikap, perkataan, tindakan, rasa toleransi, dan mengambil keputusan.

Selanjutnya penulis akan menjabarkan terkait unsur -- unsur Puisi, yaitu antara lain :

Pertama, Perwajahan Puisi (tipografi) yang lebih menekankan kepada bentuk halaman seperti kata -- kata nya, rata kiri atau tengah, dan pengaturan barisnya.

Kedua, Diksi atau pemilihan kata, hal ini menjadi vital untuk menjadi tolak ukur sebuah puisi. Jika pemilihan diksi nya tepat, maka bisa dipastikan puisi tersebut akan bagus.

Ketiga, Imaji, kata -- kata nya dapat di imajinasikan atau pesan yang disampaikan penyair harus bisa ditangkap dengan baik oleh pembaca.

Keempat, Kata Konkret , kata ini dipergunakan untuk mengembangkan Imaji.

Kelima, gaya bahasa. Yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan sebuah puisi dan dapat memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.

Keenam, Rima adalah  persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris pusi.

Kesimpulannya setiap orang bisa membuat puisi, namun tidak setiap orang mengerti cara membuat puisi yang baik dan benar dan hal ini membuat banyak orang yang terkesan nekat dalam membuat puisi seperti Penulis. Membuat puisi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, maka dari itu perlunya latihan dan terus belajar untuk mengasah bakat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun