Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Universitas Brawijaya (PKM UB) yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Nurul Isnaini, MP (Fakultas Peternakan), drh. Yudit Oktanella, M.Si (Fakultas Kedokteran Hewan), dan Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, SU (Fakultas Pertanian) mendampingi peternak ayam petelur Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang melakukan budidaya maggot guna mengolah limbah kotoran ayam. Kegiatan pendampingan dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Agustus 2023 bertempat di Balai Desa Kidal. Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat yang didanai Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Prof Nurul menjelaskan bahwa mitra peternak ayam petelur di Desa Kidal berperan penting dalam mensuplai kebutuhan protein hewani bagi masyarakat urban di Kota Malang. Akan tetapi, peternak ayam petelur Desa Kidal masih dihadapkan dengan permasalahan limbah kotoran ayam yang berpotensi besar menyebabkan pencemaran lingkungan. Atas dasar itu Prof Nurul dan Tim PKM UB mengembangkan teknologi budidaya maggot sebagai salah satu kunci dalam penanganan limbah tersebut. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa maggot dapat tumbuh dan bereproduksi pada berbagai jenis substrat organik termasuk limbah kotoran ayam. Hal inilah yang kemudian mendasari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. Prof Nurul juga menyampaikan bahwa teknologi budidaya maggot ini tidak hanya mampu mengurangi limbah, akan tetapi juga dapat memberikan keuntungan berupa larva maggot yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan dan bekas media budidaya maggot juga dapat dijadikan sebagai pupuk organik.
Dr. Faizal Andri, S.Pt., M.Pt. dosen Fakultas Peternakan UB yang juga turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini menuturkan bahwa maggot memiliki potensi besar sebagai bahan pakan untuk ayam petelur. Maggot memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi dengan profil asam amino dan asam lemak yang baik sehingga dapat mendukung produktivitas dan kesehatan ayam petelur. “Apabila akan digunakan sebagai pakan sebaiknya pemanenan maggot dilakukan pada fase larva atau prepupa karena pada fase tersebut maggot memiliki biomassa yang tinggi dengan kadar protein dan lemak yang optimal,” pungkas Faizal.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktik budidaya maggot dan pengolahan maggot sebagai pakan yang didampingi oleh mahasiswa Fakultas Peternakan UB yaitu Shelfia Anggraini Wiyoso (S2 Ilmu Ternak), Dito Puguh Hermawan, Dzul Fikri Umro, dan Lintang Previa Caesarani Lujileo (S1 Peternakan). Peserta yang hadir terlibat secara aktif dalam sesi diskusi dan antusias dalam mengikuti sesi praktik.
Kepala Desa Kidal menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim PKM UB ini sangat bermanfaat bagi peserta. Kepala Desa juga berharap kegiatan ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Prof Nurul kemudian menuturkan “Harapan kami dengan adanya teknologi budidaya maggot ini dapat membantu mitra peternak ayam petelur Desa Kidal dalam mengatasi permasalahan limbah kotoran ayam yang beresiko menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu, produk larva maggot juga dapat dijadikan sebagai sumber pakan alternatif dan bekas budidaya maggot juga dapat dijadikan sebagai pupuk organik sehingga dapat mewujudkan ekonomi sirkular bagi mitra peternak ayam petelur”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H