Mohon tunggu...
Faizal Amin Haderi
Faizal Amin Haderi Mohon Tunggu... Nahkoda - A learner Is Always Be Learner

Menurut saya menulis itu adalah bagian dari belajar karena untuk bisa menulis harus membaca, nah dengan membaca akan menambah pengetahuan kita dengan menulis semakin menajamkan pengetahuan tersebut. Mohon tanggapan dan koreksi nya. Bismillah.\r\n\r\nMore about me : https://www.instagram.com/faizalaminhaderi/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melanjutkan Tradisi Nenek Moyang

23 September 2012   05:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#Silouette kapal kandas#

“Nenek Moyangku Seorang Pelaut” begitulah sepenggal lagu berjudul Pelaut ciptaan Ibu Sud ditahun 1940. Bagi bangsa Melayu tradisi “melaut” sudah lama dikenal. Hingga saat ini melaut masih menjadi pekerjaan yang menjanjikan.

Sekalipun sama-sama melaut, saat ini Nelayan tidak bisa di sebut Pelaut, karena pelaut mempunyai kualifikasi keahlian dan ketrampilan untuk suatu jabatan diatas kapal serta di sijilkan didalam Buku Pelaut.

Untuk menjadi nelayan tidaklah sulit, cukup memiliki perahu. Perahu nelayan ini dibagi dua (1) Perahu Tanpa Motor dan (2) Motor Tempel yang biasa di sini (bintan) disebut Pompong. Kemudian jaring. Mengenai Izin menangkap Ikan? Menurut para nelayan yang kami jumpai mereka tidak melakukannya. “ kalau kita kan cari ikannya dekat-dekat aja, jadi tak perlu izin-izin, kalau kapal ikan besar iya lah” tuturnya.

1348375953330896561
1348375953330896561
#Proses Pembuatan Perahu#

Biaya pembelian satu buah perahu dengan Motor Tempel seharga Rp 9,5 juta. Satu buah perahu dikerjakan dalam waktu rata-rata 1 bulan, tergantung material dan pekerja. Kayu yang banyak digunakan adalah jenis kayu Meranti dan kayu Seraya. Dengan jumlah pekerja rata-rata 2 orang.

13484053381653981486
13484053381653981486

#Siap Melaut#

Hasil yang didapat dari melaut ini bervariasi alias tidak tetap, kadang banyak, tidak jarang pula hanya seadanya. Masih menurut nelayan yang kami wawancarai mengenai pendapatan terbesarnya “pernah sekali penjualan ikan hasil tangkapan saya Rp 2juta ”, “pernah juga hanya dapat makan untuk sekeluarga”. Kalau lagi nasib baik, sering dapat ikan-ikan karang yang harganya mahal.

Untuk menjual hasil tangkapan, mereka bisa ke pasar-pasar ikan, pengepul untuk di ekspor atau langsung jual ke rumah makan, orang sini (bintan) menyebutnya kélong. Umumnya mereka sudah punya langganan yang memesan jenis ikan-ikan tertentu, sepeti Kakap, Kerapu, dan Baronang.

13483761222131961117
13483761222131961117
#tempat pengepul Ikan#

Sekalipun Melaut sudah menjadi tradisi turun temurun warga sini (pulau bintan) namun menjadi nelayan bukanlah pekerjaan yang diminati, disamping hasil yang tidak tetap, kuliah dan iming-iming bekerja di kantor juga menjadi faktor tergerusnya meneruskan tradisi nenek moyang.

13483761851099808934
13483761851099808934
#Suasana malam hari dirumah keluarga Nelayan di Pulau benan#

Semua foto diolah menggunakan efek HDR, agar tampak lebih enak dilihat (eye catching) dengan program Dynamic Photo HDR.

---Kampretos dalam Weekly Photo Challenge (WPC 22) Olah Digital---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun