Semua orang pasti pernah berharap, berharap akan rencananya, berharap akan usahanya, atau pun berharap pada seseorang. Tapi bagaimana jika harapan-harapan yang telah kita buat tidak sesuai dengan ekspetasi kita? pasti rasanya akan teramat sakit bukan?. Ada satu filsafat yang dapat menyelesaikan filosofi permasalahan hidup tersebut yakni stoikisme. Apa itu stoikisme??
Stoikisme adalah aliran pikiran  yang berasal dari yunani kuno dibawa oleh Zeno dari Citium yang terus berkembang sampai saat ini. Singkatnya Stoikisme adalah pandangan hidup untuk mengontrol emosi yang ada pada diri kita serta melipat gandakan rasa syukur dan kebahagiaan. Mungkin dari anda tidak asing dengan quote "yang menghacurkanmu adalah ekspetasimu sendiri" jika ditanya saya setuju atau tidak dengan quote tersebut jawabannya ya, saya sangat setuju karena semua rasa sakit yang datang pada diri kita sebagian besar asal muasalnya berasal dari ekspetasi kita sendiri.
Kita telah mengharapkan sesuatu  yang dimana sesuatu tersebut akan berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala, namun ketika sesuatu tersebut tidak berjalan dengan apa yang kita inginkan dan apa yang telah kita rencanakan hal tersebutlah yang akan mendatangkan rasa kecewa. Berbeda halnya jika kita tidak mengarapkan apapun meski masih ada rasa sedikit kekecewaan setidaknya tidak sedalam ketika kita menaruh harapan.Â
Secara tidak langsung ekspetasi sangat mempengaruhi emosi kita dan bisa dibilang bahwa ekspetasi dapat membunuh kebagiaan kita. Stoikisme menganggap bahwa ekspetasi yang terbaik ketika kita berekspetasi dengan kemungkinan terburuk. Lalu bukankah tindakan tersebut termasuk kedalam sikap pesimis? Stoikisme menaruh kita dalam posisi netral dan mengajak kita untuk lebih bisa berpikir secara realistis, contoh halnya : ketika kita sedang mengikuti perlombaan menggambar dan berekspetasi bahwasanya nanti akan menang tetapi kenyataannya tidak, pasti kita merasa terpukul, tidak terima, dan marah. Akan berbeda jika kita tidak menaruh ekspetasi apapun, jika kalah tidak akan merasakan kekecewaan yang mendalam dan jika menang  kebahagiaannya justru berkali-kali lipat melebihi jika kita berekspetasi.
Salah satu tokoh figur stoik yakni Marcus Aurelius, Marcus Aurelius adalah satu orang terkuat di dunia pada masanya. ia merupakan kaisar dari kerajaan Romawi dan pengikut Stoicism. Salah satu pendapatnya mengenai stoik "Ekspetasi yang diciptakan manusia harus melalui proses Pre-meditation" yakni dimana proses seseorang harus mengekspektasikan hal-hal terburuk. Singkatnya sebelum manusia memulai untuk melakukan tindakan alangkah baiknya jika bermeditasi, memikirkan dampak apa yang nanti akan didapat jika menggunakan tindakan tersebut. Jauh lebih baik jika yang dipikirkan adalah kemungkinan paling terburuk.Â
Jujur dalam menulis artikel ini saya tidak berekspetasi lebih terhadap literasi saya ini, apakah akan menjadi pilihan maupun headline meskipun saya sudah berusaha semaksimal yang saya bisa. Mungkin stoikisme sangat terlihat negatif karena terkesan pesismis, tetapi justru vibes yang diciptakan oleh stoikisme positif karena kita siap terhadap kemungkinan terburuk dan bisa mengambil langkah awal untuk bersiap jika kemungkinan buruk itu benar terjadi. Dampak jangka panjang stoikisme sangatlah luar biasa, yakni ketika kita  suatu saat nanti sedang menghadapi masalah yang cukup besar dan berat kita tetap dapat survive dalam keadaan terssebut serta tidak mudah untuk pantang menyerah.
Stoikisme mengajarkan kita untuk berfokus pada setiap proses yang kita lakukan bukan terhadap hasil yang akan kita dapatkan, karena hasil di luar kemampuan yang dapat kita kontrol. Stoikisme membagi hidup dalam 2 dimensi yakni dimensi internal & eksternal atau bisa juga disebut dengan dikotomi-kendali. Dimensi internal adalah sebuah dimensi atau ruang yang berada di bawah kendali kita atau dapat kita kontrol dengan diri kita sendiri, sedangkan dimensi eksternal adalah kebalikan dari dimensi internal yakni sebuah dimensi atau ruang yang berada di luar kendali kita. Contoh dikotomi-kendali adalah ketika kita menjadi sebuah karyawan disuatu perusahaan, dimensi internal yang kita punya ketika menjadi seorang karyawan yakni displin, tepat waktu saat diberi tugas, bertangung jawab,  memberikan etos kerja sebaik mungkin, dan sebagainya. Dimensi eksternal ketika menjadi seorang karyawan adalah kita tidak bisa mengangkat diri kita untuk menaik jabatan yang lebih tinggi meski sudah memiliki etos kerja yang baik  karena hal tersebut di luar kendali kita.
Di tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat seperti sekarang banyak informasi yang beredar dan tak sedikit informasi yang memiliki bukti kebenaran atau hoax. Kemajuan teknologi memiliki dampak yang cukup besar untuk memajukan peradaban, akan tetapi tak sedikit pula dampak negatif yang timbul karena akibatnya. Misalnya, ketika kita membuka sosial media kita dan melihat rekan atau orang seumuran dengan kita hidupnya lebih maju, lebih sukses, lebih produktif, akan membuat kita merasa bahwa diri kita tidak berguna dan tidak bisa apa-apa. Bukan hanya itu, hal-hal semacam itulah yang juga menimbulkan rasa iri, dengki, dan benci yang ada pada diri kita. Kemudian itu membuat cara pandang hidup kita berubah, seolah-olah hidup adalah bagaimana cara kita untuk dilihat oleh orang lain dan bagaimana cara kita mendapatkan pujian/sanjungan dari orang lain.
Stoikisme adalah obat paling manjur untuk mengatasi kegilaan tersebut, kembali lagi karena stoikisme membantu kita dalam menaruh kebahagiaan pada dimensi internal bukan eksternal atau sesuatu dari luar yang tidak bisa kita kontrol dan kendalikan. Stoikisme bukan ingin membunuh cita-cita atau keinginan kita, tetapi stoikisme membantu menafsirkan apa yang sebenarnya ingin kita capai dan membuang gangguan-gangguan yang dapat mengganggu kita untuk mencapai keinginan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H