Mohon tunggu...
Faizal Assegaf 2
Faizal Assegaf 2 Mohon Tunggu... lainnya -

| Faizal Assegaf

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasionalis Gadungan, Malaysia Cuekin Aje!

30 Agustus 2010   17:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_244434" align="alignleft" width="273" caption="armada laut Malaysia - google"][/caption]

Esensinya Indonesia adalah negara boneka. Kenyataan ini sulit dipungkiri, baik dari sisi sejarah, politik maupun ideologi. Yang menjadi pertanyaan: Mengapa luas wilayah Indonesia diklaim dari Sabang hingga Merauke?

Merujuk kepada bacaan sejarah, terbentuknya NKRI dipicu oleh kesepakatan (konsensus) yang digagas oleh sebagian tokoh daerah yang berasal dari wilayah nusantara—ingat, tidak mewakili semua daerah…!

Konsensus dimaksud, berpijak pada tujuan untuk membentuk sebuah negara yang berdaulat guna mewujudkan: Kemerdekaan, Kesejahteraan dan keadilan. Tiga prinsip ini melandasi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terkait dengan sejarah kemerdekaan—dalam pengertian lepas dari penjajah—sampai saat ini masih menjadi kontraversi. Yakni, sebagian kalangan menyebutkan bahwa kemerdekaan diraih dengan jalan perjuangan rakyat.

Namun fakta lain menyimpulkan, kemerdekaan Indonesia karena kekalahan Jepang yang disebabkan tragedi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika. Kemudian Jepang takluk dan berbalik mendukung sekelompok pemuda di Jakarta untuk memproklamasikan kemerdekaan.

[caption id="attachment_244449" align="alignleft" width="197" caption="Keindahan Kawasan Wisata di Malaysi - google"][/caption]

Untuk kesimpulan yang terakhir, saya kira mayoritas rakyat di negeri ini percaya bahwa Jepang dan Amerika-lah yang berjasa atas kemerdekaan Indonesia. Dengan pemahaman: Karena Amerika dan sekutunya mengalahkan Jepang, maka Jepang terpaksa mendukung percepatan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia.

Adapun terkait klaim sejarah bahwa Bung Karno dan kawan-kawannya yang mengorganisir kekuatan rakyat untuk menaklukan Jepang, itu hanya cerita saja. Iya toh…! Wong, panggung dan pengeras suara yang digunakan Bung Karno untuk membacakan teks proklamasi, justru difasilitasi oleh tentara Jepang…!

Kemerdekaan RI Mirip Dengan Kasus Irak dan Afganistan

Sebenarnya cerita tentang kemerdekaan NKRI mirip dengan apa yang terjadi di Irak dan Afganistan beberapa waktu lalu. Bedanya, di Irak penjajahan dilakukan oleh Saddam Husien yang didukung oleh minoritas Sunni dan kelompok komunis (Partai Baat). Sementara, rakyat di kepulauan Nusantara dijajah secara bergulir oleh Belanda dan Jepang dalam kurun waktu yang panjang.

Nah, secara kebetulan karena Saddam berhadapan dengan Amerika, maka muncul reaksi dari penguasa Gedung Putih untuk mencari cara menggulingkan rezim agresif tersebut. Di mana isu pemilikan senjata pembunuh massal digunakan sebagai pembenaran. Cara yang tidak berbeda dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dengan dalil kepentingan stabilitas dan perdamaian dunia.

Pada tahun 2003 Amerika dan sekutunya melakukan penyerbuan ke negeri seribu satu malam itu. Hasilnya, rezim otoriter Saddam Husein tumbang, dan jutaan rakyat dari mayoritas Syi’ah menyambut peristiwa itu sebagai sebuah kemerdekaan—dalam pengertian terbebas dari penjajahan oleh bangsanya sendiri (rezim Saddam, minoritas Sunni dan Partai Baat).

Untuk kasus Afganistan, modus yang digunakan Amerika dan sekutunya tidak berbeda dengan kasus Irak. Yakni, Amerika menggalang opini bahwa Afganistan merupakan sarang teroris internasional yang dikendalikan oleh rezim beraliran Wahabisme.

Rezim ini memiliki keterkaitan jahat dengan jaringan teroris Al Qaidah, pimpinan Usama Bin Ladin, yang terlibat dalam peristiwa 11 September. Dari skenario itu, Amerika dan sekutunya mendapatkan alasan tepat untuk meyakinkan masyarakat dunia bahwa, invasi ke Afganistan adalah sebuah pilihan yang legal.

Pendudukan Amerika dan sekutunya di Afganistan berhasil menyapu bersih rezim radikal Wahabi dan jaringan pengikutnya. Yang kemudiaan mendorong terbentuknya pemerintahan yang demokratis di bawah kepemimpinan Hamid Karzai, yang kini tampil mewakili eksistensi dan kemerdekan rakyat Afganistan.

Buah dari hasil campur tangan Amerika dan sekutunya untuk membebaskan Irak dan Afganistan adalah terkait dengan deal ekonomi, politik dan keamanan. Yakni, Amerika dan sekutunya mendapat peluang untuk menguasai sumber kekayaan alam, penciptaan stabilitas kawasan serta perusakan citra Islam yang diikaitkan dengan isu teroris.

Makna Kemerdekaan NKRI

[caption id="attachment_244450" align="alignleft" width="279" caption="fakta kemiskinan Indonesia - google"][/caption]

Kembali kepada makna kemerdekaan Indonesia. Ingin saya pertegas bahwa, kemerdekaan NKRI yang kita banggakan itu adalah sepotong sejarah yang semestinya direnungkan.

Mengingat, kemerdekaan NKRI sampai saat ini terbukti hanyalah penguasaan wilayah. Yang tujuannya untuk mempermudah Amerika, Jepang dan Belanda serta sekutunya untuk mencaplok sumber-sumber kekayaan alam dan ekonomi.

Sebut saja, sejak kekuasaan Bung Karno hingga era Orba, kekayaan alam kita telah dikuasai oleh Amerika dan sekutunya, sebagai imbalan atas jasa mereka dalam memerdekakan serta dukungan stabilitas politik dalam negeri—Amerika terlibat membantu Soeharto untuk menggulingkan Bung Karno.

Tengoklah sumber-sumber kekayaan tambang di Papua, gas-minyak di Aceh, Riau, Kalimantan, Halmahera, dll. Jelas, Amerika dan sekutunya-lah yang menguasai dan menikmati hasilnya. Selanjutnya, kekayaan laut Maluku hingga kini dirampok oleh Jepang dan sejumlah negara tetangga, dengan taksir kerugian lebih dari Rp. 50 triliun per tahun.

Kenyataan itu membuat kita bertanya: Itukah makna dari kemerdekaan yang kita banggakan?  Omong kosong…!

Sudah 65 tahun, pengertian kemerdekaan hanyalah sebatas perangkat hukum, administrasi dan birokrasi, untuk melegalkan penjajahan secara terselubung.

Dan kini, nilai-nilai kemerdekaan NKRI semakin memudar dan sama sekali tidak memberikan kesejahteraan dan keadilan bagi kehidupan rakyat banyak.

Walhasil, kenyataan itu menyebabkan hilangnya nasionalisme. Akibatnya: kita terjebak selaku anak-anak nusantara yang piatu secara kebangsaan dan yatim dalam kenegaraan.

Ditengah-tengah keprihatinan itu, kini muncul para nasionalis korup dan gadungan, yang giat menyuarakan perlawanan kepada saudara serumpun Melayu. Dengan dalil membela kehormatan dan kedaulatan NKRI.

Menyikapi suara-suara sumbang itu, saya hanya bisa berkata:

I Love Malaysia…

Kalian bukan musuh kami…!

Musuh sejati kami adalah rezim korup yang berselingkuh dengan neolib dan kapitalis global. Yang telah memanfaatkan NKRI sebagai sarana untuk menghisap sumber kekayaan alam dan ekonomi secara kasat mata…!

Faizal Assegaf

Salam blogger Revolusioner

Jkt, 31 Agustus 2010

Artikel sebelumnya:

BONUS:

|>>"Wahai Paduka, program pngntsn kmiskinan n pngndalian pnduduk negeri ini sprtinya tak capai target," keluh pr Punggawa kpd Raja. "Oh ya, kalau begitu sy akn luncurkan tabung gas ukuran 9 kg dan 14 kg jika emang 'Si Melon' yg 3 kg kmren dianggap kurang efektif," tegas sang Raja.

Kunjungi facebook: Hikayat Raja Cikeas (HRC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun