[caption id="attachment_240263" align="alignleft" width="300" caption="ilusatri perang karbala, yg merupakan peristiwa puncak pembantaian atas keluarga Nabi - gamba: design by karbala style"][/caption]
Sepeninggalnya Nabi Muhammad SAW, terjadi kekacauan yang serius. Sekelompok orang ngotot dan mendesak pertemuan untuk mengangkat Abu Bakar sebagai pengganti Nabi.
Sebuah bentuk pengukuhan kepemimpinan yang banyak menyimpan misteri serta kontraversial dalam sejarah Islam. Yang selanjutnya menimbulkan efek politik yang menyebabkan fitnah dan pertumpahan darah dipihak keluarga Nabi dan pengikut setianya. Peristiwapengangkatan Abu Bakar, terkenal sebagai “Deklarasi Saqifah”. (baca)
Celakanya, hal itu dilakukan disaat jenazah Suci Nabi masih terbaring dan menggores duka keluarga dan pengikutnya. Itulah tragedi di hari kamis yang meninggalkan jejak kepedihan bagi ummat Islam untuk sepanjang zaman.
Dari dari situlah lahir model kepemimpinan yang dikenal dengan khulafaur rasyidin. Sebuah bentuk kepemimpinan bercorak kekhalifahan. Yang kemudian menjadi cikal-bakal munculnya dua dinasti besar—Umayah dan Abbasiyah —dengan memanfaatkan simbol-simbol Islam sebagai manipulasi atas kekuasaan mereka.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah kemudian berpindah kepada Umar Bin Khatab, yang diakhir kekuasaannya ia terbunuh secara sadis. Lalu dinobatkan Usman bin Affan yang berasal dari lingkaran keluarga Bani Umayah sebagai penggantinya.
Bagaimana dengan Sayyidina Ali As?
Dalam pemahaman kaum Sunni, Sayyidina Ali disebut sebagai khalifah terakhir. Namun, klaim itu tidak diakui oleh ulama dan pengikut Syi’ah. Justru sebaliknya, kaum Syi’ah berpandangan bahwa “Deklarasi Saqifah” merupakan sebuah bentuk makar, perampasan atas hak kepemimpinan Imam Ali. (baca)
***
Sayyidina Ali atau lebih dikenal dengan Imam Ali, merupakan salah satu tokoh penting bagi kaum Syi’ah. Ia merupakan sosok yang lahir dalam rumah kenabian dan mendapat asuhan langsung dari Nabi. Berbeda dengan Abu Bakar, Umar dan Usman yang kebetulan masuk Islam dan mendapatkan peluang untuk berkuasa.
Putra Sayyidina Abu Thalib itu, juga memiliki keistimewahan dibandingkan dengan para sahabat Nabi lainnya. Bahkan suami putri Nabi tersebut mencapai tingkat kema’suman—suci dan tersucikan—dari segala dosa apa pun. (baca)
Satu hal yang terpenting dari Imam Ali adalah, ia diangkat oleh Nabi sebagai pelanjut kepempinan Islam. Peristiwa ini terjadi pada haji terakhir Nabi—Haji Wada—tepatnya di lembah Gadhirkum.
Menurut sumber Sunni maupun Syi’ah, penunjukan Imam Ali sebagai pengganti Nabi disaksikan oleh kurang lebih 90 ribu orang. Bahkan ada yang menyebutkan lebih dari 120 ribuan orang saat itu hadir dan menjadi saksi atas peristiwa paling bersejarah dalam Islam. (baca: a, b)
Kalau merujuk kepada fakta pengangkatan Imam Ali oleh Nabi di Gadhirkum, jelas kita mendapatkan gambaran sejarah bahwa pertemuan Sagifah yang memaksakan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi, adalah sebuah bentuk “mutilasi sejarah” paling tragis.
bersambung…
Salam Faizal Assegaf Jkt, 27 Agustus 2010
artikel pilihan:
BONUS:
|>>"Apakah paduka takut hadapi negeri jiran yg sprtinya mnantang perang?" Mendengar punggawa istana, Raja lantas berbisik, "Ssttttt... bukannya takut, tapi prajurit kita emang tak dipersiapkan untuk melawan musuh dari luar, mlainkan untuk hadapi rakyat sendiri..."
Kunjungi facebook: Hikayat Raja Cikeas (HRC)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H