Mohon tunggu...
Faizal Assegaf 2
Faizal Assegaf 2 Mohon Tunggu... lainnya -

| Faizal Assegaf

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Gurinda Prabowo

25 Agustus 2010   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:44 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_238338" align="alignleft" width="255" caption="sumber foto google"][/caption]

Watak keras Prabowo Subianto berakhir sudah. Mantan komandan Kopasus itu akhirnya berjumpa dengan SBY. Pertemuan kedua tokoh yang sebelumnya saling berseberangan, menuai pujian dan sekaligus kecaman.

Mereka yang kebetulan berada di gerbong—Demokrat dan Gerindra—jelas menyambut tingkah tokoh idolanya dengan senyum lebar. Sembari berucap di dalam hati, “ketegangan telah berakhir, saatnya mengais peluang di lapak kekuasaan”.

Sebaliknya, bagi kelompok yang selama ini bersikap konsisten sebagai oposan, menyindir. “Kemarin berkoar-koar, kini menapak jalan kemesraan bersama. Hem, ternyata oh ternyata…”

Tudingan paling ekstrim menilai, perjumpaan tokoh sentral Partai Gerindra dan SBY adalah bentuk penghianatan kepada rakyat. Dan lagi-lagi, rakyat kehilangan kepercayaan karena makin melemahnya kekuatan oposisi dalam mengontrol kekuasaan.

Lepas dari semua itu, kita berfikir positif saja, bahwa silaturahmi sesama elite bangsa adalah lumrah. Berjabat tangan dan saling berbalas salam adalah hal yang biasa. Apalagi pertemuan itu adalah sesuatu yang kebetulan terjadi di bulan puasa. (baca)

Namun kita berharap, Prabowo dan barisan elite oposisi tetap konsisten. Memilih bersikap kritis untuk menjadi kekuatan kontrol bagi kekuasaan SBY yang makin tidak jelas. Jangan pernah bertingkah aneh, apalagi diam-diam melakukan deal-deal pragmatis yang menyebabkan rakyat terposisi sebagai korban.

Ingat, demokrasi yang sehat membutuhkan perimbangan dan kontrol yang efektif terhadap penguasa. Tanpa adanya kontrol, demokrasi akan membuahkan sebuah rezim yang korup dan tirani. Dan jalan ke arah sana semakin terbuka lebar…!

Salam Faizal Assegaf

Jkt, 25 Agustus 2014 artikel sebelumnya:

BONUS:

|>> Raja marah dan mendadak memanggil Poltak, “mengapa kamu gulirkan masa kekuasaan saya tiga periode?”…. “Ampun paduka, bukankah yg mulia yg memerintahkan hamba utk sampaikan hal itu!’,” jawab Poltak…”Dasar totol, saya justru mau berkuasa seumur hidup…” tegas raja kunjungi facebok: Hikayat Raja Cikeas (HRC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun