Ini baru berita! Entah berapa banyak jumlah pengemis di JABOTABEK. Seratus ribu, satu juta, ataukah semua penduduk di negeri ini adalah pengemis. Setidak-tidaknya bermental pengemis?
Siang itu sang Raja terlihat panik. Ribuan rakyat miskin berkumpul di depan pintu gerbang Istana Cikeas. Mereka datang dari berbagai sudut kota Jakarta dan sekitarnya. Anak-anak kecil dengan pakaian lusuh, ibu-ibu menggendong bayi yang kurang gizi, para manula, semunya berkerumun dalam satu perasaan yang tertindas.
Kedatangan rombongan pengemis itu, dipicu oleh beredarnya kabar bahwa sang raja hendak membagi-bagikan sembako. Walaupun berita itu telah dibantah oleh Menteri urusan pangan dan gizi kerajaan, namun tetap saja tak mengurangi semangat para pengemis untuk menyerbu Istana Cikeas.
“Berilah kami makanan, tolong jangan permainkan nasib kami.” Suara-suara pengemis itu makin nyaring terdengar. Mirip dengan yel-yel demonstran. Gemanya membuat gemetar sang raja dan seluruh penghuni istana.
“Hulubalang, segera bubarkan aksi lapar gerombolan pengemis itu,” perintah sang raja.
“Paduka yang mulia, jumlah mereka bertambah banyak, kami tak berdaya menghadapi mereka,” jawab hulubalang.
Situasi di dalam istana seketika menjadi tegang. Sang raja lalu mengumpulkan keluarga dan punggawa istana untuk berunding. “Sepertinya orang-orang miskin di luar sana makin beringas dan hendak masuk ke dalam istana untuk menjarah,” tegas Permaisuri Cikeas.
“Lantas apa yang mestinya dibuat?” tanya sang raja.
Tanpa ragu-ragu, Pangeran Ibash Libas Dikipas angkat bicara. “Ayahanda yang mulia, hanya ada satu cara untuk membubarkan gerombolan miskin yang rakus”.
“Katakan anakku, apa solusinya?”
Pangeran Ibash Libas Dikipas kemudian dengan suara terpatah-patah menyampaikan sarannya. Ayahanda yang mulia, bagikan saja uang hasil simpanan Century kepada mereka. Dan janjikan bahwa ayahanda juga akan memberi keuntungan dari hasil kenaikan TDL dan BBM.
Mendengar masukan dari Pangeran Ibash Libas Dikipas, sang raja spontan menundukkan kepalanya. Ucapan pangeran membuatnya tersadar, bahwa para pengemis yang menyerbu istana adalah tidak lain karena ulah dirinya sendiri.
Di luar istana tampak aksi lapar ribuan pengemis kian memanas. Ratusan serdadu berdiri memagari gerbang utama istana. Namun, wajah meraka memperlihatkan perasaan gugup dan ketakutan. Mereka sadar, yang dihadapi bukan demonstran mahasiswa atau LSM yang bisa diajak berunding. Namun, ini adalah aksi orang-orang miskin yang kelaparan.
Senjata yang ada di tangan serdadu-serdadu pengawal istana pun seolah tidak berfungsi. Mereka sadar, sekali saja mereka menembakkan peluru ke arah kerumunan massa pengemis, maka kemarahan orang-orang miskin itu akan meledak dan membakar seisi istana.
Hari semakin siang. Aksi lapar di luar istana mulai berubah sangar. Hulubalang istana berlari menemui sang raja yang sedang berembug. “Mohon petunjuk paduka yang mulia. Di luar sana aksi ribuan pengemis kian bertambah, dan mereka mengancam untuk menduduki istana”.
Mendengar laporan itu, Permaisuri menyarankan kepada raja untuk menemui gerombolan massa pengemis. “Pergilah dan berbicaralah dengan mereka,” pinta Permaisuri.
“Saya tidak punya nyali untuk berhadapan langsung dengan rakyat miskin. Biarkan saja para menteri atau hulubalang yang mendatangi mereka,” jawab sang raja.
“Paduka harus menemui mereka. Bukankan pada saat kampanye paduka sering mengatakan kepada rakyat bahwa ‘KITA BISA’…”.
“Ah, itu kan cuma slogan kampanye untuk kepentingan politik mempertahankan kekuasaan istana,” jawab sang raja.
“Paduka yang mulia, saran Permaisuri sebaiknya dipertimbangkan,” desak juru bicara kerajaan.
Dengan berat hati, sang raja akhirnya terpaksa memutuskan untuk menemui ribuan massa pengemis. Di depan pagar istana, sang raja kemudian berbicara.
“Rakyatku yang tercinta, saya akan membagi-bagikan sembako, memberi kalian uang dari hasil perampokan Century, dan saya berjanji akan membagi semua keuntungan dari hasil kenaikan BBM serta TDL yang telah membuat hidup kalian sengsara…”.
Mendengar seruan sang raja, spontan para pengemis menjawab, “raja gombal, kami tak percaya dengan rayuanmu. Kami tak butuh lagi bantuanmu. Kami telah memutuskan agar kamu segera turun dari tahta kekuasanmu …!”. Bersambung…
Salam, Faizal Assegaf Jkt, 21 Juli 2010
Kunjungi Forum Fecabooker Hikayat Raja Cikeas (HRC) artikel sebelumnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H