Mohon tunggu...
Faizal Assegaf 2
Faizal Assegaf 2 Mohon Tunggu... lainnya -

| Faizal Assegaf

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas-Ibas Berwatak Bebek…

10 Juli 2010   01:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:58 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_189960" align="alignleft" width="262" caption="Bebek itu berpolitik untuk menghabiskan uang negara"][/caption]

Politisi sejati selalu merindukan kebebasan berpendapat di ruang publik. Semakin bebas menyuarakan ide dan gagasan, semakin membuat mereka teruji dan mengakar dipikiran rakyat. Tapi, bagi politisi “cangkokan” Cikeas, konon bicara saja harus melalui prosedur yang super ketat.

Lebih suram lagi, para wakil Partai Demokrat (PD) di DPR, semakin terbiasa duduk manis, dan hanya sekedar mengacung tangan untuk menyuarakan pendapat, “setuju dan tidak setuju”. Pemandangan itu memberi kesan bahwa politisi PD tak ubahnya kandang peternakan bebek.

Padahal, kehadiran mereka di Gedung Senayan sana, semestinya kreatif, giat dan bekerja keras untuk rakyat. Tapi, perilaku para wakil PD, terbukti hanya menghabiskan waktu untuk mengamankan kebusukan dari kepincangan kebijakan pemerintah. Alasan yang mereka gunakan adalah: “kami mewakili partai berkuasa…!”.

Kita tidak menafikan keterwakilan mereka sebagai partai pemerintah. Namun, dalih keterwakilan tersebut membuat kita bertanya: Bukankah anda dipilih untuk mengabdi kepada rakyat?

Pertanyaan itu lebih jauh membuka pemahaman kita tentang fungsi pengawasan DPR terhadap kinerja pemerintah. Di sini ada kerancuan dengan sikap membisu wakil PD dalam mengoreksi kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Kalau situasi di Gedung DPR saja mereka bungkam, lantas bagaimana dengan perilaku para politisi PD di sarangnya? Tentu, pemandangannya jauh lebih buruk. Kesektariatan partai, tempat di mana para loyalis SBY itu berkumpul, tak beda dengan “pasar bebek”. Hemm, sebatas meramaikan kandang sambil beradu peluang untuk mengais untung, dengan memilih manut kepada Istana.

Hal yang lebih menonjol lagi adalah, sikap diam Anas Urbaningrum dan Ibas Yudhoyono. Kedua figur pengendali PD ini mulai terjangkit “sariawan politik”. Bungkam dengan persoalan-persoalan urgen yang semestinya mereka bersikap. Beginikah layaknya pimpinan partai berkuasa berpolitik?

Kalau hanya menjadi pajangan dan hadir dalam kendali instrumen tunggal SBY, maka saran saya mending PD dibubarkan saja. Dari sisi peran dan fungsi pengawasan, terbukti tidak ada manfaatnya bagi rakyat. Bahkan, diam para politisi PD tersebut, jelas menghabiskan anggaran negara. Dan lebih ironi, pendekatan watak politik membebek itu membuat rakyat semakin menjadi terbeban dan muak.

Walhasil, jangan salahkan rakyat, bila mereka menuding SBY dan politisi PD adalah kumpulan elite penguasa berwatak bebek…! Kalau tidak disebut demikian, lantas apa yang lebih menarik dari julukan tersebut…? Salam, Faizal Assegaf Jkt, 10 Juli 2010 Baca juga:

Ani Yudhoyono Kok Diam...?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun