Mohon tunggu...
Faiz Akmaluddin
Faiz Akmaluddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki ketertarikan pada bidang bahasa dan sastra. Tetapi hobi saya yang sebenarnya adalah fotografi makanan. Saya selalu mengambil foto makanan yang saya anggap menarik secara visual.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesawat Transit Mahal, Waktu untuk Coba Kereta Commuter Line

26 Desember 2024   19:58 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:58 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto KRL di Yogyakarta. (Sumber: Wikimedia) 

Harga tiket pesawat domestik di Indonesia sering kali menjadi keluhan banyak pelancong, terutama bagi mereka yang bepergian antar pulau. Tingginya harga tiket disebabkan oleh kebutuhan transit, di mana pesawat harus terbang dari bandara lokal ke bandara transit sebelum melanjutkan penerbangan ke tujuan akhir. Penerbangan langsung ke bandara tujuan biasanya lebih murah secara signifikan, tetapi hanya tersedia dari bandara-bandara besar yang lokasinya sering jauh dari kota tempat tinggal. Masalah akses menuju bandara besar ini menjadi tantangan tambahan dalam perjalanan udara domestik.

Perkembangan infrastruktur kereta api di Indonesia, khususnya kereta commuter line, memberikan solusi potensial untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah KRL Commuter Line Jogja-Solo. Dengan jadwal keberangkatan yang kerap, tarif yang terjangkau, dan fasilitas yang nyaman, KRL menjadi moda transportasi yang semakin diandalkan. Lokasi stasiun-stasiun KRL yang strategis di pusat kota atau dekat kawasan pemukiman membuatnya mudah dijangkau oleh pengguna transportasi umum lainnya, seperti ojek online dan bus. Hal ini menjadikannya alat transportasi yang relevan untuk membantu akses ke bandara besar yang menyediakan penerbangan langsung.

Bagi pelancong yang tinggal jauh dari bandara besar, kereta commuter line memberikan alternatif perjalanan yang lebih efisien dibandingkan kendaraan pribadi atau bus. Sebagai contoh, penumpang dari Solo dapat menggunakan KRL Jogja-Solo untuk mencapai Stasiun Yogyakarta, yang terhubung langsung dengan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Bandara ini melayani berbagai penerbangan langsung ke banyak kota besar di Indonesia, mengurangi kebutuhan transit yang biasanya lebih mahal. Dibandingkan dengan perjalanan darat menggunakan mobil pribadi, yang memakan waktu lebih lama dan biaya lebih tinggi, perjalanan dengan KRL tidak hanya hemat waktu tetapi juga lebih ramah lingkungan.

Integrasi antara kereta dan bandara bukan hanya solusi untuk rute Jogja-Solo. Pola ini dapat diterapkan di kota-kota lain di Indonesia. Kota-kota seperti Semarang, Surabaya, dan Bandung memiliki potensi besar untuk menghubungkan kereta commuter line mereka dengan akses ke bandara besar terdekat. Dengan akses yang lebih mudah ke bandara besar, pelancong dapat memilih penerbangan langsung tanpa khawatir menghadapi perjalanan panjang menuju bandara. Selain itu, integrasi ini juga dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di sekitar bandara, yang sering menjadi masalah di kota-kota besar.

Dengan harga tiket pesawat yang semakin mahal, terutama untuk penerbangan dengan transit, kereta commuter line menjadi solusi efisien yang tidak hanya menghemat biaya tetapi juga memberikan kenyamanan dan efisiensi waktu. Kombinasi perjalanan kereta dan penerbangan langsung menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih baik dan terjangkau, sehingga memaksimalkan manfaat dari perkembangan infrastruktur transportasi di Indonesia. Saatnya kereta commuter line dimanfaatkan secara optimal sebagai bagian penting dalam solusi transportasi terpadu yang mendukung mobilitas masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun