Mohon tunggu...
Faiz Akmaluddin
Faiz Akmaluddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki ketertarikan pada bidang bahasa dan sastra. Tetapi hobi saya yang sebenarnya adalah fotografi makanan. Saya selalu mengambil foto makanan yang saya anggap menarik secara visual.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pragmatik untuk Membangun Empati dalam Komunikasi

26 Desember 2024   03:43 Diperbarui: 26 Desember 2024   03:43 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Era digital telah membuka ruang komunikasi global yang memungkinkan interaksi lintas budaya semakin intens. Namun, interaksi ini juga memunculkan tantangan baru, seperti konflik budaya, ujaran kebencian, dan kesalahpahaman yang dapat menciptakan polarisasi sosial. Dalam konteks ini, pragmatik menawarkan solusi untuk membangun komunikasi yang lebih empatik dan inklusif.

Pragmatik mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat apa yang dikatakan, tetapi juga memahami konteks sosial, budaya, dan emosional di balik tuturan tersebut. Dengan ini, kita dapat menghindari interpretasi yang salah dan menciptakan komunikasi yang lebih harmonis. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, penting untuk memperhatikan cara kita berbicara agar pesan yang disampaikan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Salah satu penerapan pragmatik yang relevan di masyarakat adalah dalam mendukung tenaga kerja migran dan turis. Mereka sering kali menghadapi kesalahpahaman karena perbedaan budaya. Dengan memahami norma-norma budaya lokal, mereka dapat berkomunikasi lebih efektif dan mengurangi potensi konflik.

Selain itu, pragmatik juga dapat diimplementasikan dalam pendidikan di sekolah. Misalnya, siswa diajarkan untuk memahami pentingnya menjaga 'tampilan' lawan bicara dan memilih kata-kata yang tepat dalam berbagai situasi. Ketika siswa memahami hal ini, mereka akan lebih bijaksana dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun di media sosial.

Di era digital, pragmatik juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Dengan memahami konteks komunikasi digital, kita dapat lebih kritis dalam menanggapi informasi yang diterima dan lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi. Misalnya, pragmatik membantu kita mengenali ujaran kebencian atau informasi yang menyesatkan dengan menganalisis maksud di balik pesan tersebut.

Pendekatan pragmatik kontekstual menekankan pentingnya memahami situasi komunikasi secara holistik. Dalam konflik antari ndividu atau kelompok, kita diajarkan untuk menggali maksud sebenarnya di balik kata-kata yang diucapkan sebelum mengambil tindakan. Kadang-kadang, ujaran yang terdengar kasar sebenarnya adalah bentuk ekspresi ketidakpuasan yang jika ditangani dengan empati, dapat menjadi pintu dialog.

Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mempromosikan kesadaran akan pentingnya pragmatik dalam kehidupan sehari-hari. Pragmatik bukan hanya bidang kajian akademik, tetapi juga keterampilan hidup yang membantu kita menjadi lebih bijaksana dan penuh empati. Melalui pendekatan pragmatik, kita dapat belajar untuk tidak hanya memahami kata-kata, tetapi juga menghargai perasaan, budaya, dan pandangan orang lain. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kemampuan tersebut menjadi kunci untuk menciptakan harmoni di tengah keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun