Penggunaan gadget atau gawai ternyata bisa menyebabkan kecanduan hingga menyebabkan gangguan jiwa. Hal ini terjadi pada dua remaja di Bondowoso, Jawa Timur. Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Kamis (18/1/2018), Remaja A (17) dan H (15), sudah hampir sebulan berada di Poli Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Koesnadi, Bondowoso, Jawa Timur. Keduanya dirawat karena kecanduan gawai atau telepon genggam pintar. penjelasan selengkapnya disini liputan6.com
Tahukan anda mengapa remaja saat ini banyak yang terjebak dalam suatu kasus yang bisa dibilang fatal dalam masalah penggunaan gadget ? Jika dilihat dari kacamata zaman sekarang, teknologi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, dan tentu juga telah membantu kegiatan manusia menjadi lebih efisien. Akan tetapi apakah anda tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika penggunaan gadged tersebut terlalu berlebihan ?
Permasalahan yang sempat terjadi di atas mengenai kecanduan gawai yang dialami oleh dua pelajar tersebut merupakan kecanduan tingkat akut. Disini peran orang tua sebagai orang terdekat klien menjadi sangat penting. Terkadang gawai digunakan sebagai alat  penenang anak agar tidak mengganggu kesibukan orang tua. Akan tetapi hal itu merupakan hal yang kurang tepat penggunaannya jika tidak dibatasi oleh peraturan-peraturan yang ditegaskan orang tua terhadap anak.
Orang tua yang bersifat multifungsi bisa menjadi konseli bagi anak, baik dimulai dari membentuk strategi bagaimana cara mengatur penggunaan gawai bagi anak dan bagaimana cara orang tua menilai atau menentukan kualitas peraturan yang diberikan kepada anak. Apakah yang selama ini orang tua berikan sudah berjalan dengan efektif dan efisien ataukah malah sebaliknya.
Nah, untuk mengetahui hal tersebut maka perlu adanya evaluasi bimbingan terhadap layanan yang selama ini diberikan oleh orang tua terhadap anak. Dan disini lebih menekankan kepada tindakan atau proses untuk menentukan kualitas kemajuan kegiatan bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Evalusai sendiri dilakukan untuk mengetahui seberapa efisiennya layanan yang telah diberikan.
Tujuan dari evaluasi yaitu untuk memperbaiki praktik penyelenggaraan bimbingan dan menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas bimbingan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan evaluasi bimbingan, yaitu :
- Identifikasi tujuan yang akan dicapai. Disini dapat menetapkan batasan-batasan yang akan dievaluasi.
- Pengembangan rencana evaluasi. Disini terdapat beberapa komponen rencana evaluasi program bimbingan yang perlu dikembangkan, diantaranya data atau informasi yang dibutuhkan, alat pengumpulan data, sumber data atau informasi yang dapat dihubungi, waktu pelaksanaan, kriteria penilaian, bagaimana pelaporan dan pada siapa laporan itu disampaikan.
- Pelaksanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi ini tergantung pada metode atau strategi yang digunakan dan juga prinsip evaluasi harus memperhatikan pada faktor-faktor yang telah direncanakan.
- Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Langkah ini merupakan bentuk konkrit sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh seorang klien dan staff yang lainnya.
Dengan demikian evaluasi program bimbingan perlu dilakukan, sehingga diharapkan agar sang pembimbing memiliki pemahaman mengenai berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan program bimbingan. Lebih lanjut dalam melaksanakan program bimbingan, dituntut kepada pihak yang terlibat untuk melaksanakan bimbingan secara optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H