Selama ini, mayoritas masyarakat beranggapan bahwa titik berat pengasuhan anak jatuh kepada ibu. Ayah ditugaskan untuk mencari nafkah, mencari sepeser uang untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, ditugaskan untuk tetap membuat mereka bertahan hidup. Namun, sadarkah, wahai para ayah?Â
Ternyata tugasmu tak hanya mencari nafkah, tugasmu lebih jauh dari pada itu. Ada satu tugasmu yang tak akan pernah bisa digantikan oleh siapapun maupun sang ibu, yaitu mendidik dan menemani tumbuh kembang anak perempuanmu. Absennya ayah dalam menemani proses tumbuh kembang anak perempuan memberi dampak yang luar biasa bagi mereka.
Ayah seringkali disibukkan oleh pekerjaannya. Pergi ketika matahari belum terbit dan pulang ketika anak-anaknya sudah terlelap. Waktu ayah untuk bercengkrama atau bahkan bertukar senyum dengan buah hati sangatlah sedikit. Belum lagi jika ayah harus ditugaskan ke luar kota atau luar negeri hinggak tak ada waktu untuk menemani sang buah hati.Â
Hal-hal yang tersebut dapat menghilangkan kedekatan antara ayah dan anak, juga membuat masing-masing di antara mereka tak saling paham. Sang anak tak mengenali sifat ayahnya, begitupun sebaliknya sehingga ketika mereka bersua hanya konflik yang terus ada.
Ayah berperan besar untuk membuat anak perempuan merasa aman; membuatnya merasa ada sosok kuat di baliknya yang akan terus melindunginya dari segala bentuk gangguan. Membuatnya merasa dicinta, membuatnya merasa berharga.Â
Terlebih lagi ketika anak perempuan memasuki masa pubertas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perempuan suka dipuji dan perempuan mudah terbuai dengan pujian. Dengan keberadaan sosok ayah yang selalu stand by bersamanya terlebih pada masa pubertas, ayah yang selalu menghargai dan memujinya, seorang anak perempuan akan mudah merasa cukup dengan hal tersebut sehingga tak perlu mencari di luar itu.Â
Sedangkan anak perempuan yang tak memiliki kedekatan dengan sang ayah, ketika ada pria lain yang memujinya ia akan lebih mudah untuk jatuh ke dalam pangkuan pria tersebut, dan ketika ia sudah jatuh ke pangkuan orang lain, ia akan sulit untuk lepas darinya. Ia tak ingin kehilangan figur laki-laki sebagaimana ia kehilangan figur seorang ayah.
Menurut TheAsianParent Indonesia, anak-anak yang diabaikan oleh ayahnya cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Minimnya apresiasi dari orang terdekat membuat mereka merasa dirinya tak cukup baik dan layak diberi perhatian oleh lingkungan terdekatnya. Situasi ketika sang anak merasa dirinya tak cukup baik dapat menjerumuskan dirinya ke problem psikologis seperti depresi, fobia, dan suasana hati yang mudah berubah-ubah. Kembali ke poin sebelumnya, keadaan seperti ini juga membuka pintu pria lain untuk mendekati anak perempuan dan mengambil alih peran ayahnya.
Bukankah sangat mengerikan dampak ketiadaan sosok ayah dalam pertumbuhan anak perempuan?
Jika kamu seorang ayah dan menganggap remeh kontribusimu dalam pengembangan anak, buanglah jauh-jauh pikiran seperti itu. Buanglah jauh-jauh pikiran 'sudah terlanjur' yang ada di benakmu. Buang jauh rasa gengsi untuk mendekatkan diri kepada anak perempuanmu. Dekatilah mereka, berikanlah mereka penghargaan dan kasih sayang yang banyak.
 Didiklah mereka. Katakanlah kepada mereka bahwa kau bangga memilikinya sebagai buah hatimu, katakanlah bahwa kau bangga menjadi ayahnya. Pikirkanlah apa yang kau ingin dengar ketika anak perempuanmu mendeskripsikanmu di hadapan kawan-kawan mereka.