Mohon tunggu...
Fafa Izah
Fafa Izah Mohon Tunggu... lainnya -

UIN MALIKI Malang - MAN 2 MAdiun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Biarkan Kami Bermain, karena Hari Masih Siang

12 Mei 2015   12:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permainan adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan dengan terlibat di dalamnya, ketika fungsi serta bentuknya bervariasi. Permainan sangat penting bagi kesehatan anak-anak. Menurut Freud dan Erikson, permainan membantu anak mengatasi kecemasan dan konflik. Permainan memungkinkan anak membuang kelebihan energi dan melepaskan ketegangan yang tersimpan.

Vygotsky menganggap permainan merupakan sebuah latar yang unggul bagi perkembangan kognitif.  Secara khusus, ia tertarik dalam aspek simbol dan khayalan permainan, seperti ketika seorang anak yang memperlakukan ranjang kasur sebagai kapal dan menaikinya seakan-akan ia sedang berada dalam kapal yang tengah berlayar. Bagi anak kecil, situasi imajiner tersebut adalah nyata. Orang tua seharusnya mendorong permainan imajiner (permainan simbolik) semacam itu karena memajukan perkembangan kognitif anak, terutama pemikiran kreatif.

Mengenai permainan imajiner, mengingatkanku tentang permainan yang pernah kumainkan bersama kakak dan adik semasa kecil. Dimana pada saat itu aku berumur 5 tahun. Sedari kecil orang tua sering mengajakku pergi ke swalayan untuk belanja bulanan. Ya, di swalayan pasti terdapat barang-barang yang berjajar rapi, dan melakukan pembayaran di kasir. Maka kegiatan jual-beli di swalayan itupun terbayang olehku untuk melakukannya di dalam rumah. Aku menjadikan rumah itu sebagai swalayan, sedangkan segala perabot dan benda-benda yang ada dirumah sebagai objek penjualannya. Kadang kala aku berperan sebagai pembeli dan kakakku berperan sebagai seorang kasir. Aku mengambil barang-barang yang ada di rumah dan membayarnya pada kasir. Dan permainan ini sudah layaknya swalayan yang ada pada bayangku saat itu. Aku menyebutnya ini permainan Pasaran.

Meskipun kondisi rumah menjadi berantakan, namun orang tua tidak memarahi kami, mereka hanya tersenyum dan mengajarkan serta mengingatkan kami untuk mengembalikan barang-barang yang sudah digunakan pada tempatnya semula.

Seperti yang diketahui, bahwa permainan memiliki berbagai macam jenis, diantaranya : 1) permainan sensomotorik; 2) permainan praktis; 3) permainan simbolis; 4) permainan sosial; 5) permainan konstruktif; dan 6) games.

Saya akan mengambil satu penjelasan dari enam jenis permainan tersebut. Games, games merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk kesenangan dan memliki aturan-aturan. Games sering kali bersifat kompetitif. Anak-anak prasekolah  mungkin mulai berpatisipasi di dalam permainan sosial yang mencakup aturan-aturan sederhana yang bersifat timbal balik. Ada beberapa permainan tradisional yang termasuk dalam kategori jenis permainan games. Diantaranya adalah kucing dan tikus, ular naga, dan lompat tali.

Game kucing dan tikus termasuk golongan games karena pada permainan ini terdapat beberapa aturan dan membutuhkan lebih dari 2 orang. Dimana ada sejumlah anak yang membentuk lingkaran dengan bergandeng tangan dan 2 anak lainnya menjadi tokohnya, yaitu kucing dan tikus.

Begitu juga dengan permainan ular naga. Permainan ini dimainkan oleh sedikitnya 6 orang anak. Dengan beberapa peraturan yang ada, seperti 2 orang menjadi terowongan yang dilewati oleh ular naga dari sisa pemainnya. Semua pemain menyanyikan lagu “Ular Naga Panjangnya” seraya anak (ular naga)  melewati terowongan itu. Dan ketika lagu itu berhenti, maka terowongan ditutup dan ada 1 anak yang terperangkap. Maka anak itu menjadi tawanan.

Dari dua permainan yang telah disebutkan, itu merupakan contoh games, atau permainan yang memiliki aturan. Meskipun permainan itu diikat oleh aturan namun anak-anak prasekolah sudah bisa memahami dan senang melakukannya.

Dan permainan ular naga menjadi permainan yang sering kumainkan dengan teman-teman sebayaku di sekitar rumah ketika masih duduk di bangku TK. Setiap pulang sekolah kita berkumpul di salah satu halaman rumah dan memainkan permainan ini. Kadang kala ada diantara kita yang dipanggil orang tuanya untuk beristirahat, namun tidak sedikit dari kita yang menolak ajakan orang tua itu. Tak lain halnya dengan diriku, saat aku dipanggil dan disuruh untuk berhenti bermain, aku malah mengatakkan pada Ummi “Biarkan aku main dulu, ummi.. ini kan masih siang..!”

Betapa pentingnya permainan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena dalam permainan mencakup aspek-aspek yang berpengaruh pada perkembangan anak. Diantaranya adalah berkembangnya kemampuan kognitif dan kemampuan motorik anak. Dengan bermain semua menjadi terlatih. Mulai dari fisik, otak, emosi dan sebagainya.

Maka jangan sampai membatasi kemampuan anak dengan melarangnya bermain dengan kesenangannya. Hanya saja terkadang harus diawasi seberapa jauh dan berbahayanya permainan yang dimainkan oleh anak. Agar permainan bukan hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai aset melatih kemampuan anak.

Source : John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak Children Buku 2 edisi 11Jakarta : Salemba Humanika.2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun