Akhir-akhir ini, kita banyak mendengar tentang perubahan iklim dan juga pemanasan global yang sangat diwaspadai. Dampak pemanasan global dan perubahan iklim tersebut mulai bermunculan beberapa waktu ini, menjadi ancaman dan tantangan bagi keberlangsungan kehidupan manusia.Â
Media banyak membicarakan terkait peningkatan suhu udara, perubahan sistem iklim, dan daratan yang terkena dampaknya. Suhu dunia semakin memanas akibat panas matahari terperangkap oleh emisi gas rumah kaca di lapisan atmosfer yang menyelubungi Bumi dan juga semakin tipis.Â
Salah satu fenomena yang terjadi akibat pemanasan global dan perubahan iklim adalah mencairnya es di Kutub Utara dengan kecepatan yang tidak wajar. Akibatnya, sejumlah besar air tawar yang tersimpan di dalam gunung es di darat kini memasuki lautan.Â
Hal ini yang biasa disebut-sebut menyebabkan kenaikan tinggi permukaan air laut di dunia. Namun pertanyaan juga muncul tentang bagaimana masuknya air tawar ke lautan ini dapat mempengaruhi lautan dunia. Apakah benar mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan perubahan ekosistem laut? Apakah mencairnya es di kutub dapat menyebabkan perubahan iklim global?
Sebelum membahas pengaruh beserta dampak pencairan es di kutub, kita sebagai pembaca harus memahami terlebih dahulu terkait properti air laut. Kita semua tentu tahu apa itu laut. Umumnya kita tahu bahwa laut adalah sekumpulan air asin (NaCl) yang sangat banyak dan bergerak secara terus menerus. Rasa asin air laut ini dikarenakan adanya kandungan garam.Â
Kandungan garam yang ada dalam air laut biasa disebut salinitas. Salinitas ini termasuk salah satu properti air laut. Properti air laut terdiri dari 3 jenis yaitu temperatur, salinitas dan densitas. Ketiga hal ini saling berkesinambungan dan menciptakan adanya pergerakan air laut. Pergerakan air laut yang diakibatkan densitas disebut dengan sirkulasi termohalin. Mencairnya es di kutub akibat pemanasan global ini akan berpengaruh terhadap sirkulasi air laut. Maka pertama-tama kita akan bahas terlebih dahulu terkait properti air laut.
Salinitas, secara sederhana, mengacu pada kandungan garam terlarut dari dalam air. Jadi air laut yang ada di bumi ini memiliki salinitas Salinitas air laut memainkan peran penting dalam menentukan jenis organisme yang dapat berkembang di dalamnya. Salinitas air laut juga memainkan peran penting dalam sirkulasi laut dan siklus air. Salinitas dari air laut berbeda beda pada tiap bagian bumi. Salinitas air laut tergantung pada beberapa faktor, termasuk penguapan, curah hujan, angin, aliran air sungai dan pencairan gletser. Faktor-faktor tersebut dapat merubah tingkat salinitas air laut. Misalnya pada penguapan, penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air.Â
Pada saat ini terjadi, kadar air dalam air laut akan berkurang dikarenakan air berubah menjadi uap air namun garam tidak ikut berubah yang membuat garam tertinggal di air laut. Hal ini membuat perbandingan kadar garam dengan air tawar akan menjadi tinggi yang dapat meningkatkan salinitas air laut. Pada faktor lain seperti curah hujan membuat salinitas air menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena air laut diberi tambahan air hujan yang merupakan air tawar yang membuat kadar air tawar dalam air laut akan bertambah. Hal ini menyebabkan perbandingan kadar garam dengan air tawar akan mengecil yang membuat salinitas air akan mengecil. Secara umum tingkat salinitas air laut dipengaruhi oleh masuk dan keluarnya air tawar dalam air laut. Salinitas air juga mempengaruhi densitas atau kerapatan air. Semakin tinggi salinitas air semakin tinggi densitas air.
Selain kadar garam yang terkandung dalam air laut, air laut juga memiliki temperatur. Temperatur air laut berbeda beda pada tiap bagian bumi. Kondisi temperatur air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas sinar matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, penguapan, dan hembusan angin. Namun, faktor utama yang mempengaruhi suhu air laut adalah intensitas sinar matahari. Sinar matahari pada bagian bumi yang berbeda memiliki tingkat yang berbeda.Â
Misalnya pada daerah tropis sinar matahari akan lebih banyak dibandingkan daerah subtropis. Hal ini dikarenakan sudut permukaan bumi dengan matahari. Karena besarnya perbedaan sudut datang sinar matahari ketika mencapai permukaan tanah, maka di kutub sinar matahari yang sampai akan tersebar pada daerah yang lebih luas dibandingkan di ekuator sehingga panas akan lebih tersebar merata dan tidak terfokus. Maka temperatur air laut semakin ke kutub akan semakin rendah dan temperatur air laut di ekuator adalah yang tertinggi. Temperatur air laut menentukan tingkat densitas air. Air yang memiliki temperatur tinggi akan mengalami pemuaian atau volume yang membesar. Hal ini menyebabkan kerapatannya akan membesar dan densitasnya akan turun. Namun semakin rendah temperatur, kerapatannya akan mengecil sehingga densitasnya naik. Maka semakin tinggi temperatur air laut, densitasnya akan semakin rendah. Semakin rendah temperatur air laut densitasnya akan semakin tinggi.
Setelah memahami tentang salinitas air laut dan temperatur air laut sekarang kita akan membahas hubungan antar keduanya. Lautan, sama halnya seperti atmosfer, terus bergerak. Selain karena angin dan pasang surut, kekuatan penting yang menghasilkan gerakan lautan adalah perbedaan densitas di antara massa air laut. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa temperatur dan salinitas air laut menyebabkan perbedaan densitas. Perbedaan densitas ini menyebabkan adanya pergerakan dimana air laut dengan densitas tinggi akan tenggelam karena massanya yang lebih besar dibandingkan air laut dengan densitas rendah yang memiliki massa lebih kecil. Jadi air laut yang dingin dan salinitas tinggi akan berada di bawah air laut yang lebih hangat dan salinitas rendah. Dalam pencarian stabilitas ini (kurang padat di atas, lebih padat di bawah), air laut bersirkulasi seperti treadmill. Lalu bagaimana sirkulasi ini terjadi?