Sebelumnya artikel ini sudah saya kirim dan dimuat di mojok.co dengan atas nama penulis Faiz Romzi Ahmad (saya pribadi), kamu bisa kunjungi artikel yang sama di sini.
Dan kali ini saya akan mencoba mengirim ulangnya dikompasiana, agar sahabat-sahabat kompasianer bisa membacanya
__________
Siapa yang tak kenal Nasida Ria? Bagi yang di rumahnya dan emaknya adalah salah satu fans berat dengan memutar lagunya di radio tape atau pemutar musik kesayangannya di tiap pagi, siang, sorenya tentu tidak asing mendengar ataupun melihat formasi ibu-ibu lengkap dengan alat musiknya berlatar pemandangan pegunungan ataupun pesawat tempur sembari mendendangkan alunan nasyidnya.
Ya, Nasida Ria adalah sebuah grup qasidah yang pamor pada era 1980 an sampai medio 2000 an. Grup qasidah yang keseluruhan personelnya adalah ibu-ibu. Anjay~
Grup qasidah ini khas dengan penampilannya dipanggung bagai hendak pergi ke pengajian rutin di kampung setiap malam Selasa serta setelan make up yang hits pada zamannya.
Dari sejak berdirinya hingga sekarang total 35 album yang berhasil mereka keluarkan dan 350 an lagu yang mereka bawakan. Lagu-lagu mereka tidak hanya berkaitan dengan dakwah semisal Nabi Muhammad Mataharinya Dunia.
Tapi juga menyinggung permasalah sosial semisal keadilan, juga tentang pers semisal Wartawan Ratu Dunia, Dunia Dalam Berita, isu-isu peperangan semisal Bom Nuklir, Perdamaian dan juga lagu-lagu persatuan semisal Persaudaraan, Merdeka Membangun, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tahun 1975 adalah awal berdirinya Nasida Ria, terhitung dari tahun itu Indonesia sudah melakukan Pemilu sebanyak 10 kali, 5 kali di Orde Baru (1977, 1982, 1987, 1992,1997) dan 5 kali Era Pasca Orde Baru (1999, 2004, 2009, 2014, 2019).
Baru saja kita lalui pemilu serentak, hampir menginjak 1 bulan pasca 17 April, melihat kondisi dan fenomena pasca pemilu 2019,konflik diantara cebong dan kampret makin menemui titik klimaksnya. Bukannya dua faksi ini akur, mereka malah seperti dua magnet yang didekatkan tapi berlawanan kutubnya.