Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa bangsa ini diperjuangkan dalam nuansa religi. Coba lirik sejarah sejenak, bagaimana semangat religi yang didengungkan oleh tokoh agama Aceh dalam perang Aceh membuat Belanda kocar - kacir dan menjadikan Aceh mengalami penjajahan tak selama yang wilayah lain rasakan. Dan juga kisah Jenderal Sudirman yang dalam setiap malam di gerilyanya selalu beribadah malam, lain dengan kebiasaan Belanda yang berpesta pada malam sebelum tempur. Ingat juga orasi menggelora Bung Tomo yang ditutup dengan nuansa sangat religius. Dan organisasi pergerakan nasional pertama terbesar, Sarekat Islam yang menjadi tempat berkumpul tokoh sekaliber H.O.S Cokroaminoto yang juga mencetak tokoh sehebat Soekarno.
Proses pencerdasan generasi cikal bakal Indonesia pun dipenuhi nuansa nilai - nilai Sang Pencipta. Bahkan jauh sebelum sekolah Belanda dan Taman Siswa didirikan, ribuan pesantren dan sekolah agama lainnya telah tersebar di pelosok negeri ini, mengajarkan bahwa kebenaran adalah milik Sang Kuasa lalu perjuangkanlah. Maka, miris jika mengingat pembuatan undang - undang sistem pendidikan nasional yang menjadikan peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai tujuan dan pencantuman pendidikan agama sempat dipermasalahkan.
Melihat itu semua, maka sudah selayaknya kita mulai berbenah. Upaya sekulerisme, pemisahan nilai agama dari negara apalagi ateisme sangatlah bukan jati diri bangsa ini. Perjuangan membela dan mencintai Indonesia harus didahului perjuangan mengabdi dan mencintai Sang Pencipta bumi Indonesia ini. Tanpa itu semua, jiwa perjuangan akan kurang maknanya. Tekad memyejahterakan rakyat pun harus diikuti do'a kepada Sang Pemberi Rezeki rakyat Indonesia. Jika manusia Indonesia dekat dengan Penciptanya, maka para pembaharu pun akan bermunculan.
Resolusi Indonesia 2016 bagi Saya adalah menunaikan Resolusi Indonesia 1945, lantas apa kata Anda? Untuk Anda yang ada di sana, Andakah para pembaharu??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H