Mohon tunggu...
Faizah
Faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

consistency is the key

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hasil PISA, Minimnya Kemampuan Literasi Siswa Indonesia

27 November 2024   09:09 Diperbarui: 27 November 2024   09:17 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kurun waktu tiga tahun, The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengadakan uji kemampuan literasi siswa dari banyak negara di dunia. Organisasi yang berbasis ekonomi ini memandang bahwa tingkat ekonomi suatu negara berbanding lurus dengan kualitas pendidikan di negara tersebut. 

Yang artinya, semakin tinggi level perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula mutu pendidikan yang diselenggarakan. Melalui Programme for International Student Assessment (PISA), OECD mengukur tingkat kemampuan literasi membaca, sains, dan matematika para siswa yang berusia 15 tahun. 

Hasilnya, dari waktu ke waktu tes ini diadakan, Indonesia selalu berada pada posisi yang sangat rendah. Pada saat PISA diadakan, Indonesia memperoleh peringkat 39 dari 41 negara. Bahkan dari PISA yang terbaru yaitu pada tahun 2022, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang menempati posisi terbawah, yaitu peringkat 69 dari 80 negara.

Skor PISA Indonesia (Sumber: https://www.kedaipena.com/)
Skor PISA Indonesia (Sumber: https://www.kedaipena.com/)

Jika diamati dari data di atas, pergantian kurikulum kurang memberikan dampak positif dari terciptanya budaya literasi di sekolah. Pada literasi membaca, tren skor PISA yang didapatkan Indonesia bahkan mengalami penurunan drastis di catatan terakhir. Fenomena ini dapat dikatakan sangat memprihatinkan karena jika melihat data survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan angka buta huruf penduduk berumur 10 tahun keatas sebesar 3,18 persen yang merupakan angka terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Akan tetapi, kemampuan membaca masyarakat Indonesia tidak dibarengi dengan kemauan membaca dan kemampuan memahami apa yang dibaca. The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% yang berarti bahwa dari 1000 masyarakat Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki minat dan rajin membaca.

Hasil PISA 2022 (Sumber: https://www.daarelqolam3.sch.id/)
Hasil PISA 2022 (Sumber: https://www.daarelqolam3.sch.id/)

Jika berkaca dari negara yang mendapatkan peringkat paling atas hasil PISA 2022 yaitu Singapura, Indonesia sepertinya harus banyak berbenah. Bagaimana tidak, memiliki kurikulum pendidikan yang terstruktur dan berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas siswa. 

Kondisi ini jauh berbeda dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia yang ketika terjadi pergantian pemegang kebijakan, maka kurikulum yang dipakai akan berganti. Negara yang meiliki penduduk lebih dari 270 juta jiwa ini belum memiliki "pendirian" terhadap kurikulum apa yang dipakai. 

Makna literasi sendiri tidak hanya sebatas membaca tulisan dari buku. Secara lebih luas, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan memahami informasi yang didapatkan sehingga dapat tercipta pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya. Dari melihat, mendengar, dan berbicara pun dapat terjadi kegiatan berliterasi. 

Sebagai contoh: ketika menonton berita di televisi, mendengarkan podcast edukatif, dan mempresentasikan hasil karya di depan kelas. Semua kegiatan tersebut termasuk dalam proses berliterasi dengan cara yang berbeda-beda. Kata kunci yang tepat untuk memahami hakikat literasi ada dua yakni "pemahaman" dan "pengetahuan". Jika kita mampu memahami informasi yang didapatkan, maka akan tercipta pengetahuan dalam diri kita.

Pemerintah perlu membuat kebijakan konkret mengenai mirisnya kemampuan berliterasi siswa Indonesia berdasarkan hasil PISA. Dengan sistem yang matang dan terorganisir, dapat lebih mudah membuat perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan baik formal maupun non formal yang menjadi garda terdepan terbentuknya kemampuan literasi siswa di Indonesia harus melakukan evaluasi menyeluruh agar nantinya tercipta kualitas pendidikan yang baik. Karena jika ingin membangun suatu negara maju, langkah fundamental yang harus diambil adalah dengan memperbaiki kualitas SDM-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun