Mohon tunggu...
Faisya Kireidha
Faisya Kireidha Mohon Tunggu... -

iam an ordinary girl,,live in an ordinary world...:)\r\nwriting is my world...my soul..so help me to make it better...:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Dua Cinta

19 Desember 2011   10:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini berawal ketika perkenalanku secara tidak sengaja dengan seorang pemuda melalui blackberry messanger (BBM). Dia seorang pemuda yang baik dan mapan. Namanya Hans. Berawal dari saling tukar pikiran dan curhat setiap harinya, dan berbekal sebuah foto di Profil Picture kami masing-masing, hingga akhirnya membuatku jatuh hati padanya. Aku dan Hans memang belum pernah bertemu di dunia nyata, karena Hans tinggal di Yogya sedangkan aku di Surabaya, namun ia sering menelpon ku, memberikan perhatian-perhatian kecil lewat sms maupun BBM, tak jarang pula mengirimiku hadiah-hadiah, yang mungkin tak terlalu mahal, tetapi amat sangat berarti bagiku.  Bahkan suatu hari Hans mengenalkan aku dengan orang tuanya meskipun hanya lewat video chat, dan tak hanya waktu itu saja. Setiap ada kesempatan, aku selalu berbincang dengan keluarganya meski tak secara langsung.  Hal-hal itulah yang membuat aku semakin yakin bahwa dia mempunyai perasaan yang tulus terhadapku.

Di sisi lain,  pada saat itu aku juga sedang menjalin hubungan dengan seorang teman dekat ku waktu SMA, namanya Arga. Arga juga seorang yang baik, namun selama ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga membuat lupa bahwa dia punya aku. Sampai kadang-kadang Arga lupa kapan hari ulang tahun ku, hari jadian kami, bahkan hari ulang tahunnya sendiri. Tak jarang pula aku lah yang harus menelponnya hanya untuk sekedar mengingatkan makan siangnya, atau membangunkan di pagi hari ketika dia harus berangkat pagi-pagi untuk bertemu kliennya. Sebenarnya aku dan Arga sudah berada pada tahap tunangan, dimana aku sendiri tau batas-batas perasaan yang harus kujaga terhadap laki-laki lain. Aku merasa hubunganku dengan Hans merupakan sebuah pelarian dan protes ku terhadap Arga.

“ Haloo....melamun ya say???” tanya orang di seberang.

“mmhh....eh...enggak kok...ini sambil liat tv jadinya agak gak connect...”jawabku terbata-bata.

Busyet, Hans merasa bahwa aku sedang melamun. Memang benar, aku bingung dengan hubungan ini, sama persis dengan lagunya Armada Band.

“Say, minggu depan aku rencana mau ambil cuti, aku mau ke Surabaya, kangen rasanya untuk beretemu langsung dengan kekasih tercinta,,,hahahaha...”

“Whaat???minggu depan??cuti???”

Kaget sekali mendengar ucapan Hans itu. Minggu depan, berarti 4 hari lagi dari sekarang..secepat itukah aku harus berpisah dengannya?Oh My God. Langit-langit kamarku terasa berputar dan roboh mengenai kepalaku. Kepalaku pusing teramat sangat, dadaku terasa sesak mendengar kabar itu. Bukankah seharusnnya aku justru bahagia, karena orang yang selama ini aku sayang akan benar-benar nyata berada dihadapanku. Tetapi lagi-lagi pikiran negatif yang muncul dan menari-nari di otakku. Aku nggak mungkin bertemu dengan Hans, aku masih punya Arga, dan hubungan kami baik-baik saja.

“Kenapa histeris, say??kamu gak suka ya kalau aku ke Surabaya?” tanya Hans lirih.

“Bu...bu..bukan begitu, yang. Aa...aku hanya belum siap saja rasanya bertemu.” Kuberi alasan meski dengan tetap terbata-bata.

“Belum siap kenapa?aneh banget, say. Orang lain butuh kepastian, kamu malah gak mau. Apa kamu mau kita begini terus tanpa ada kepastian gini? Aku mau serius sama kamu, Ratna.” Yakinnya.

“Aku tau, tapi bukannya aku harus cerita dulu sama orang tua ku,,,”

Terpaksa kulibatkan orang tua ku sekarang, berharap ini bisa menjadi alasan yang tepat.

“Ha ha ha ha, sayang..kamu seperti anak SMA saja,masalah orang tua itu gampang..apalagi kita sudah sama-sama dewasa. Atau jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan ya?” tanyanya curiga.

“Sembunyikan apa? Selama ini aku berusaha juur sama kamu kan, yang. Apapun selalu aku ceritakan.” Jawabku.

Dalam hatiku mengiyakan pertanyaan Hans. Ya, aku selalu menceritakan semua masalah yang kuhadapi sama Hans, bahkan terkadang Arga tak tahu menahu tentang masalahku, tp Hans tau. Satu yang tak mungkin aku cerita, soal Arga. Maafkan aku Hans,,,,

“Ok,,berarti gak ada masalah dong, say. Ya udah, selamat tidur ya, say. Semoga mimpi indah,,love you.”katanya mengakhiri percakapan.

“Love you, too.”

Kata- kata seperti itu yang selalu kami ucapkan tiap kali kami menyelesaikan pembicaraan. Aku dan Hans mempunyai banyak sekali kecocokan, tak jarang aku selalu membandingkan Hans dengan Arga. Meskipun aku tahu mereka berdua seperti saling melengkapi bagiku. Hal yang tak pernah aku temukan dalam diri Arga, kutemukan pada Hans, begitu juga sebaliknya.

Tak terasa air mataku menetes membasahi pipi. Aku sadar bahwa aku menyalakan api yang lambat laun akan membakar ku sendiri, dan sekarang lah saatnya. Sebenarnya mudah sekali bagiku untuk lepas dari Hans, karena memang kami belum pernah bertemu. Hans juga belum tau rumahku, tempatku bekerja sekalipun, meski aku sering bercerita masalah pekerjaan, yang dia tau hanyalah bahwa aku seorang account officer di sebuah bank A di Surabaya. Aku hanya tinggal membeli kartu perdana baru dan membuang yang lama, me-remove nama Hans dari BBM list ku, selesai. Tapi aku gak bisa melakukannya, aku masih punya perasaan, masih punya hati nurani. Aku juga memikirkan akibat bagi Hans kalau saja aku melakukannya. Mungkin mudah bagiku, karena meskipun aku juga menyayangi Hans dengan tulus, namun aku masih punya Arga. Tapi Hans?? Aku gak mau menjadi penyebab hancurnya orang yang aku sayangi. Sepuluh bulan bukan waktu yang singkat bagi aku dan Hans menjalani kisah cinta online dan yang mungkin terlarang ini. Sedangkan untuk memutuskan hubungan dengan Arga lebih gak mungkin lagi, sebab antara keluargaku dan keluarganya sudah begitu dekat, disisi lain aku tidak pernah menemukan kesalahan Arga sedikit pun, meskipun aku selalu mencari-carinya. Aku sadar bahwa aku egois, tapi semuanya sudah terlambat. Kubiarkan rasa sayang dihatiku berkembang bersama Hans, ketika Arga sibuk dengan hal lainnya.  Dan kini, aku hanya punya waktu 7 hari untuk memikirkan alasan yang tepat untuk menentukan mana yang harus kupilih. Saat ini kurasakan bahwa buah simalakama itu ternyata ada......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun