Mohon tunggu...
fais prabowo
fais prabowo Mohon Tunggu... -

- Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan UNDIP - Owner www.jualgitar.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Produksi Slondok “Lebih” Ramah Lingkungan dengan Penerapan “Cleaner Production”

29 Januari 2015   21:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:08 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian pembaca mungkin belum pernah mencicipi atau bahkan belum pernah mendengar/mengetahui apa itu slondok. Slondok merupakan makanan ringan sejenis keripik yang dibuat dari bahan baku singkong dengan cita rasa khas yang berbeda dari keripik singkong pada umumnya karena cara pembuatannya yang juga berbeda. Slondok banyak diproduksi di daerah Jawa Tengah khususnya Kabupaten Magelang dan juga di  DIY.

Di Kabupaten Magelang terdapat beberapa sentra industri kecil slondok, satu diantaranya adalah klaster industri kecil slondok Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Di desa ini terdapat sekitar 177 pengrajin slondok baik yang memproduksi dari awal proses (produsen slondok tawar mentah) maupun pembumbu yang membeli slondok tawar mentah dari pengrajin slondok tawar kemudian dibumbui dengan berbagai variasi rasa serta digoreng dan dipasarkan. Variasi rasa dari slondok pun kini sudah berkembang menjadi berbagai jenis rasa diantaranya slondok balado, slondok manis pedas, dan slondok keju. Berbagai pengembangan varian rasa tersebut ditujukan agar konsumen semakin tertarik.

Produksi slondok di desa ini sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980-an yang pada mulanya hanya dilakukan oleh beberapa orang pembuat slondok dengan varian rasa hanya satu yaitu slondok tawar, hingga kini sudah berkembang jumlahnya dan berkembang varian rasanya. Dalam perkembangannya klaster usaha slondok ini mampu mengolah bahan baku ubi kayu sebanyak 50 ton per hari dengan total produksi 12,5 ton slondok per hari. Pemasarannya meliputi seluruh kota di Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatera bahkan sampai ke luar negeri yaitu Jepang dan Malaysia.

Sentralisasi industri seperti yang terjadi pada sentra industri slondok Desa Sumurarum ini disamping membawa dampak positif berupa kemudahan bagi industri dalam mencari bahan baku hingga kemudahan yang lebih besar dalam hal pemasaran produk serta kemudahan bagi pemda dalam melakukan pembinaan, juga turut membawa dampak negatif khususnya bagi lingkungan yaitu akumulasi  dan  intensitas  polutan  yang  tinggi  di kawasan  tersebut. Terlebih  seringkali industri kecil tidak berorientasi pada kelestarian lingkungan karena umumnya masih ada anggapan bahwa perlindungan lingkungan membutuhkan biaya yang besar serta meningkatkan biaya produksi sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan.

Limbah atau keluaran bukan produk yang dihasilkan dalam proses produksi slondok meliputi limbah padat berupa kulit, kotoran dan bonggol, sontrot (serat ubi kayu), kupasan tumpeng, abu sisa pembakaran, dan ceceran bahan. Limbah cair berupa air bekas proses pencucian ubi kayu, limbah cair hasil proses pengepresan, dan air sisa proses pengukusan. Terdapat pula polutan berupa gas yaitu asap pembakaran yang cukup banyak karena proses pengukusan menggunakan tungku tradisional yang berbahan bakar kayu bakar. Bau yang tidak nyaman juga tercium dari hasil limbah proses produksi slondok.

Limbah cair yang dihasilkan khususnya dari proses pengepresan yang dilakukan untuk memisahkan parutan ubi kayu dari kandungan airnya, disinyalir memiliki kandungan bahan organik yang tinggi karena dihasilkan dari proses produksi yang menggunakan bahan baku organik berupa ubi kayu. Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti naiknya kadar nutrient di badan air sehingga menyebabkan perairan menjadi subur dan dapat mengakibatkan meledaknya populasi gulma di perairan. Berkembangnya populasi gulma akan mengganggu keseimbangan ekosistem perairan tersebut. Disamping itu dalam limbah cair ini juga terdapat kandungan racun sianida (HCN) yang memang terdapat pada singkong yang digunakan. Racun HCN ini dapat merugikan jika sampai dikonsumsi oleh ternak dapat meracuninya. Beberapa kali terjadi kasus keracunan ternak di desa penghasil slondok ini.

Pengolahan limbah dengan pendekatan end of pipe treatment melalui instalasi pengolah limbah tentu membutuhkan investasi yang besar, sementara industri slondok merupakan industri kecil yang memiliki keterbatasan finansial sehingga perlu adanya alternatif lain dalam mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang dirasa tepat bagi industri kecil slondok adalah dengan pendekatan ke arah zero waste (nirlimbah) melalui penerapan produksi bersih. Produksi bersih merupakan pendekatan preventif yang menghindari proses yang akan menghasilkan limbah pencemar lingkungan serta meningkatkan efisiensi proses sehingga limbah yang dihasilkan seminimal mungkin. Dengan demikian produksi bersih mendorong industri untuk mengurangi polutan di sumbernya dan mendaur ulang limbah daripada membuangnya langsung ke lingkungan. Dengan penggunaan strategi ini yang mudah diimplementasikan karena hanya melalui langkah-langkah sederhana dan dengan biaya investasi yang relatif kecil maka masalah dampak lingkungan akibat kegiatan industri tidak lagi identik dengan biaya pengolahan limbah yang tinggi. Produksi bersih dapat memberikan keuntungan ekonomi sekaligus lingkungan.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan tentang peluang penerapan produksi bersih di industri slondok, diperoleh beberapa peluang perbaikan lingkungan dan peningkatan keuntungan ekonomi melalui produksi bersih yang dapat dilakukan di industri slondok, berupa:

a.Standarisasi dan pengecekan rutin terhadap garuk (alat pengupas kulit ubi kayu). Hal ini dapat meminimalkan  jumlah kulit yang terkupas sehingga mengurangi jumlah limbah kulit ubi kayu dan tentunya juga meminimalkan daging ubi kayu yang ikut terbuang bersama kulit. Pengecekan rutin perlu dilakukan agar garuk senantiasa menghasilkan ketebalan kupasan yang sesuai dengan ketebalan kulit ubi kayu.

b.Penghematan air proses pencucian ubi kayu

Air yang digunakan untuk mencuci ubi kayu dapat dihemat dengan menggunakannya terus untuk mencuci walaupun air telah kotor dan juga melalui penggunaan pipa air langsung ke bak pencucian sebagai ganti penggunaan ember untuk mengisi bak pencucian sehingga dapat meminimalkan air yang tumpah dalam pengangkutan menggunakan ember.

c.Hasil parutan ubi kayu pada mesin pemarut langsung ditampung pada karung (tidak ditampung pada alas terpal dulu baru dipungut dan dimasukkan secara manual oleh pekerja) sehingga mengurangi ceceran bahan serta efisien tenaga dan waktu.

d.Penggantian bahan bakar dari kayu bakar ke pelet kayu

Pelet kayu merupakan bahan bakar yang memiliki kelebihan antara lain hemat dalam penyimpanan, waktu memasak yang relatif singkat, dan rendah tingkat abu dan emisi. Pelet kayu sangat padat dan diproduksi dengan kadar kelembaban rendah (dibawah 10%) yang dapat dibakar dengan efisiensi pembakaran yang tinggi (Sylviani et al, 2013).

e.Penggunaan blower pada proses pengukusan

Blower merupakan alat yang menghembuskan atau memasok udara ke dalam ruang pembakaran, sehingga gas hasil pembakaran akan terdorong keluar ruangan melalui cerobong asap. Keuntungan lainnya dari penggunaan blower adalah proses pemanasan suhu ruang bakar pada saat awal proses pembakaran lebih cepat (suhu ruang bakar lebih cepat tercapai suhu ideal dan stabil). Suhu ruang bakar yang stabil berpengaruh pada proses pengukusan yang cepat dan merata pada tiap kali proses pengukusan. Selain itu tidak tergantung kayu bakar yang digunakan karena dengan penggunaan blower kayu yang masih agak basah pun dapat terbakar dengan sempurna dan cepat.

f.Segera mematikan bara api begitu proses pengukusan selesai. Tindakan ini untuk mencegah api menjalar terus sehingga menghabiskan batang kayu bakar yang masih tersisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun