Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sejauh mana Sandang, Pangan, dan Papan Kalian Menyumbang Emisi?

24 Oktober 2021   22:11 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sandang, pangan, papan" adalah tiga hal yang sering dijadikan ukuran kebutuhan pokok (primer) manusia. Setiap manusia bisa dibilang tercukupi kebutuhan dasarnya ketika dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pakaian untuk dikenakan, makanan untuk dimakan, dan tempat tinggal sebagai hunian. Syarat dasar kesejahteraan manusia bisa dilihat dari tiga indikator tersebut, ketika tidak ada lagi orang yang tidak mempunyai baju layak untuk dipakai setiap hari, tidak ada lagi orang yang mengais makanan di tempat sampah, dan tidak ada lagi orang-orang yang tidur di emperan toko, maka semua orang sudah relatif sejahtera.

Untuk mencapai kesejahteraan itu, setiap orang harus "jungkir-balik" dengan bekerja agar mendapatkan uang untuk membeli, mencukupi, dan membangun semua itu. Ada yang menjadi abdi negara, bekerja di perusahaan, wiraswasta, bertani, sampai dengan bekerja lepas. Semua itu dilakukan tidak lain agar cukup sandang, cukup pangan, dan tidur nyaman.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan ternyata tidak hanya mengorbankan keringat dan pikiran orang saja, karena faktanya alam juga turut mengorbankan apa yang ia miliki. Untuk mencukupi kebutuhan sandang manusia, alam memberikan pohonya untuk dijadikan kain, untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia, alam memberikan lahannya untuk digarap sebagai sumber asupan, untuk mencukupi kebutuhan papan manusia, alam memberikan kayu dan bahan tambangnya untuk dijadikan rumah.

Sebagai bentuk terima kasih, sudah seharusnya apapun yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya harus tidak menambah beban alam lagi. Justru sebaliknya, produk-produk yang dihasilkan untuk kepentingan manusia harus mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan. Semua ini tidak lain bertujuan agar keberlanjutan alam tetap terjaga.

Sampai saat ini, meskipun kesadaran akan pentingnya alam mulai dibangun dengan gerakan cinta lingkungan seperti tanam pohon, mencegah penggundulan hutan, memerangi pembakaran hutan dan sebagainya, fenomena perubahan iklim di Indonesia yang ditandai dengan cuaca ekstrim, angin kencang, dan intensitas hujan yang tidak tentu masih terjadi. Gas rumah kaca bisa disebut sebagai gas-gas yang menyebabkan terjadinya fenomena perubahan iklim itu. Ironisnya, perubahan iklim itu berdasarkan laporan IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) adalah hasil dari kegiatan sehari-hari manusia.

Lantas, bagaimana bisa kita sebagai pihak yang mendapat dukungan penuh dari alam ternyata masih menggunakan, mengonsumsi, dan membuang sesuatu yang merugikan alam, dalam hal ini terkait dengan emisi yang kita hasilkan dalam kegiatan sehari hari?

Berikut adalah hal-hal bijak yang bisa dilakukan untuk menjaga tingkat emisi yang berhubungan dengan sandang, pangan, dan papan kita dalam rangka mendukung Net-Zero Emission.

1. Sandang dan Lingkungan

Popok bayi reuseable

Limbah popok bayi adalah salah satu limbah sandang yang bisa ditemui dimana saja. Banyak sekali ibu-ibu yang luput terkait hal ini dan dengan gampangnya menggonta-ganti popok bayi. Padahal, sebagai alternatifnya, terdapat clodi atau popok bayi yang bisa dicuci dan digunakan kembali. Bayangkan berapa banyak limbah popok bayi yang harus dibakar setiap hari dan turut menyumbang emisi. Kita semua, khususnya ibu harus mulai sadar akan hal ini.

Bijak membeli pakaian

Pernahkah kita iseng menghitung berapa banyak baju yang ada di lemari kita, dan berapa banyak dari baju-baju itu yang jarang kita pakai. Kita semua harus mulai bijak dengan hal ini karena faktanya untuk memproduksi satu baju memerlukan banyak air dan energi lainnya. Hobi menumpuk baju atau membeli baju diskonan di market place harus dikendalikan dari sekarang. Kita harus mulai bijak untuk membeli baju dari sekarang.

2. Pangan dan Lingkungan

Manfaatkan Tumbler untuk aktivitas setiap hari

Untuk menunjang aktivitas sehari-hari di kantor atau kampus, kita membutuhkan asupan air mineral. Sebagai upaya untuk menekan sampah botol plastik, kita harus mengakali kebutuhan air untuk aktivitas kita dengan membawa tumbler atau botol minuman yang bisa digunakan kembali. Kita harus sadar bahwa produksi botol plastik berbanding lurus dengan tingkat emisi yang dihasilkan. Dengan membawa tumbler untuk kebutuhan sehari-hari, kita telah turut andil dalam mengurangi produksi plastik dan berperan mengurangi sampah plastik.

Bawa kotak makanan setiap hari  

 Untuk menunjang aktivitas sehari-hari kita juga membutuhkan asupan makanan sebagai sumber energi. Banyaknya limbah bungkus makanan saat ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya membawa kotak makanan setiap hari. Kotak makanan ini, selain men-stimuli kita untuk selalu membawa bekal makanan sehat setiap hari, juga bisa kita manfaatkan untuk men-take away makanan yang kita beli dari warung dalam rangka turut mengurangi limbah bungkus makanan.

3. Papan dan lingkungan

Bijak menggunakan listrik di rumah

Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang kita lakukan di rumah yang berhunbungan langsung dengan energi listrik. Lampu, televisi, DVD player, rice cooker, kipas angin, laptop, charger handpone, setrika, pendingin ruangan, pengering rambut, playstation, sampai dengan radio adalah contoh alat-alat di rumah kita yang membutuhkan energi listrik. Sebagai pengguna sudah seharusnya kita bersikap bijak dalam memanfaatkannya. Selain menggunakan alat-alat tersebut dengan kapasitas secukupnya, beberapa perangkat hemat energi seperti lampu LED dan teknologi smart harus mulai kita investasikan dari sekarang.

Hijaukan pekarangan rumah

Salah satu cara untuk mengurangi tingkat emisi bisa dilakukan dengan membuka lahan hijau. Aplikasi yang bisa kita lakukan di rumah adalah dengan memanfaatkan pekarangan yang ada untuk menanam tumbuhan. Kesadaran untuk mulai menanam tanaman-tanaman ini perlu dilakukan karena akan membatu membentuk lingkunngan yang sehat.

Desain rumah berkelanjutan

Jika kita berencana membangun rumah idaman, alangkah baiknya desain rumah tersebut harus kita buat dengan desain yang berkelanjutan. Desain itu bertujuan agar rumah yang kita tempati tidak memakan banyak energi. Tata kelola ventilasi sebagai saluran pengaliran udara harus kita desain sebaik mungkin agar sirkulasi udara di rumah sangat baik sehingga tidak membutuhkan energi tambahan seperti pendingin ruangan. Tata kelola jendela dan kaca dalam rumah juga bisa kita atur dengan baik agar cahaya matahari bisa masuk menerangi penjuru ruangan, sehinga hal ini akan mengurangi energi yang bersumber dari lampu.

Demikian adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan atau berada di sekitar kita yang bisa berkontribusi menurunkan tingkat emisi sebagai upaya mendukung Net-Zero Emission. Kesadaran untuk turut menekan tingkat emisi perlu kita bangun khususnya dengan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan setiap hari. Alam sudah memberikan banyak hal kepada kita. Mari membalas budi dengan tidak membuatnya semakin panas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun