Mohon tunggu...
Faishol Adib
Faishol Adib Mohon Tunggu... Penulis - Profiless

Person without Profile

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jalan Pantura Demak

13 November 2021   12:48 Diperbarui: 13 November 2021   12:51 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Jawa Pos Radar Semarang

Hari Selasa, 1 Juni 2021, saya mengantar Alifa berangkat untuk mondok di Pondok Pesantren Amtsilati, Jepara. Selain saya, ada istri, Akmal, dan sepupu saya, Sawaun, yang menyopiri Honda Mobilio milik kami.

Berangkat jam 13:00 WIB dari Jogja, kami melewati Klaten, Boyolali, lalu masuk Tol Colomadu menuju Semarang. Setelah melewati Semarang, kami memasuki Jalan Pantura Demak sekitar selepas waktu maghrib. Lalu lintas cukup padat di jalan ini. Sepupuku yang sudah berpengalaman menyetir hingga Sumatra, perjalanan padat seperti Jalan Pantura Demak bukan lah persoalan baginya.

Bagi saya yang baru akan mulai familiar dengan lintasan itu karena akan sering ke Jepara, bertanya-tanya sendiri apakah saya mampu melewati jalanan itu yang penuh dengan truk besar dan gandeng. Karena selama ini hanya melintasi jalanan datar di Jogja, nyali seperti redup melihat lalu lintas Jalan Pantura Demak yang padat. Apalagi lintasan itu dipenuhi dengan truk maupun bis yang tak pernah berhenti melintasinya, termasuk di malam harinya.

Setelah melewati Jalan Pantura-Demak dan memasuki Jalan Welahan menuju Jepara, saya masih berpikir apakah saya punya nyali besar melewati lintasan itu.

Mobil, truk dan bis yang selalu beradu cepat agar sampai di tujuan lebih awal, kadang membuat nyali menjadi ciut. Selain lalu lintas padat, macet juga menjadi momok tersendiri saat harus melewati lintasan itu. Perbaikan jalan yang sepertinya tidak pernah berhenti dan selalu membuat ruas jalan itu macet, terkadang semakin membuat nyali gentar. 

Tapi, itu jalan utama yang mau nggak mau harus dilalui. Maka tak ada pilihan lain untuk selalu siap saat harus melewati jalanan itu.

Termasuk saat dalam perjalanan menjemput Alifa pulang dari Pondok Amtsilati pada hari Sabtu, 6 November 2021, kemacetan mengular cukup panjang dari arah Semarang menuju Demak karena ada pengerjaan pengecoran jalan. Begitu juga dengan arah sebaliknya dari Demak menuju Semarang, ruas jalan yang diperbaiki lebih panjang. Otomatis, kemacetan pun semakin mengular.

Saat melihat kemacetan yang panjang itu, selalu ada harapan agar saat melewati jalan itu, macet tidak terlalu parah. Atau kadang berpikir juga, adakah jalan lain tanpa harus melewati Jalan Pantura Demak?

Harapan untuk tidak terjebak macet, rasanya tak mungkin karena itu adalah jalan utama untuk menuju Semarang dari arah Kudus dan Demak. Mungkin kemacetan akan banyak berkurang bila kita melewatinya setelah jam 12 malam. Tapi, melakukan perjalan di malam hari tentu memiliki resiko tersendiri. Bisa ngantuk atau micro-sleep. Keduanya sama-sama bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan yang berujung maut.

Menghindari Jalan Pantura Demak memang memungkinkan, seperti melewati Jalan Purwodadi. Tapi, jarak tempuhnya menjadi lebih jauh. Selain itu juga akan menemui jalan berkelok dan tanjakan. Nyaliku mungkin juga akan ciut melihat lintasan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun