Saat menengok Akmal, biasanya kami bermalam di penginapan yang disediakan oleh Pondok Pesantren Amtsilati. Kali ini, kami mengajaknya bermalam di hotel yang berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto, Jepara.
Setelah menemani berenang, pagi ini saya sarapan bareng bersamanya di resto hotel. Ada banyak pilihan untuk menu sarapan. Dari menu berat seperti nas goreng, hingga menu ringan seperti bubur. Ada juga salad, roti, dan buah-buahan.
Saya selalu menekankan kepada Akmal untuk mengambil makanan sedikit saja, untuk memastikan dia bisa menghabiskan apa yang sudah diambilnya. Kalau kurang, nanti bisa mengambil lagi setelah makanan yang diambil habis.
Saat kami menikmati sarapan, 3 orang yang masih berusia muda sekitar 30-an tahun baru saja meninggalkan meja makan. Di atas meja itu, masih tersisa dua iris semangka, air minum juz yang tidak habis, kerupuk dan makanan tersisa di bekas piring mereka.
Pemandangan sisa makanan yang tak habis seperti itu juga bisa kita temui saat kita menghadiri kondangan manten atau jamuan prasmanan lainnya. Nasi, lauk, atau hidangan makanan lain mudah kita temukan tak habis dimakan oleh empunya.
Mengapa kita sering tidak menghabiskan makanan, baik saat sarapan di hotel atau saat jamuan prasmanan lainnya?
Mungkin karena kita sudah merasa membayar untuk mendapatkan sebuah layanan, maka kita bisa berbuat bebas semaunya. Seperti dalam pembayaran penginapan di hotel, biasanya sudah termasuk biaya untuk sarapan. Karena sudah merasa membayar untuk memperoleh hidangan sarapan, maka kita pun merasa bebas mengambil menu sarapan, apalagi pihak hotel memang menyediakan sarapan secara prasmanan.
Begitu juga saat kondangan mantenan. Karena sudah merasa “membayar” dengan cara memberikan donasi kepada keluarga temanten, kita pun merasa bebas mengambil makanan yang disediakan, meski akhirnya makanan yang diambil tidak habis kita makan.
Faktor lain mengapa suka tidak menghabiskan makanan di piring, karena kita tidak mengukur kemampuan dalam mengkonsumsi makanan. Seolah, semua jenis makanan harus kita rasakan karena kita sudah merasa berhak memperoleh hidangan itu.
Padahal, kemampuan tubuh kita terbatas, yang tidak mungkin mampu menghabiskan berbagai menu makanan dalam sekali waktu. Kalau pun memaksakakan untuk menghabiskan makanan yang sudah terlanjur diambil, tubuh kita biasanya akan menolak. Salah satu tandanya, perut kita akan terasa sakit sesaat setelah memaksa untuk menghabiskan makanan dalam porsi di atas kemampuan.
Faktor lain yang mungkin mendorong kita untuk mengambil begitu banyak makanan dan akhirnya tidak habis, adalah memanfaatkan kesempatan yang tidak datang setiap hari.