Suatu kali, dua keluarga dari teman istri menginap di rumah. Salah satunya bernama Muh. Masykur Afandi. Karena baru kenal, kami ngobrol apa saja, sampai kemudian berbicara tentang dunia perbukuan. Dia bercerita, bersama-sama teman-temannya mengelola perpustakaan di Ngawi, tempat kelahirannya. Sebuah pertanyaan disampaikan kepada saya, bagaimana bisa mendapatkan donasi buku, baik dari lembaga maupun sumber lainnya.
Dulu, Bapak saya pernah meminta bantuan donasi buku ke Perpustakaan DIY yang kala itu masih berlokasi di Jalan Tentara Pelajar, Jogja. Buku-buku itu akan digunakan untuk menambah koleksi bacaan bagi anak-anak di Panti Asuhan yang Bapak kelola. Saat perpustakaan itu menyetujui permohonan Bapak, saya ikut mengambilnya. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 3 kardus buku.
Pengalaman itu lah yang saya sampaikan ke mas Masykur untuk mengajukan permohonan donasi buku ke Perpustakaan Daerah di Ngawi atau wilayah lain. Biasanya, perpustakaan-perpustakaan itu memiliki koleksi buku yang sudah tidak digunakan yang dapat dimiliki oleh perpustakaan komunitas. Bahkan, seperti Perpustakaan Kota Jogja, secara sengaja menyediakan kotak donasi buku yang diletakkan di depan pintu perpustakaan. Dengan kotak donasi itu, pengunjung perpustakaan memiliki kesempatan memberi donasi buku yang kemudian akan disalurkan kepada yang lebih membutuhkan.
Selain ke perpustakaan, saya sampaikan juga kalau meminta donasi buku kepada teman juga cara yang mudah dilakukan. Seperti perpustakaan, orang-orang tertentu yang punya koleksi buku pribadi yang lumayan banyak jumlahnya, biasanya juga punya koleksi yang sudah tidak digunakan. Bahkan, beberapa buku itu masih baru dan terbungkus plastik. Kepada mereka lah donasi buku bisa diharapkan.
Saya jadi teringat dalam sebuah channel YouTube yang menyampaikan ceramah Dr. Fakhrudin Faiz. Saat itu, beliau sedang membahas pemikiran Lucius Annaeus Seneca, yang lebih dikenal dengan Seneca saja. Seneca adalah seorang filsuf Stoik, negarawan, dan penulis drama yang lahir di Kordoba, Spanyol. Kata Seneca, seperti yang disampaiakn Dr. Faiz:
Tidak penting seberapa banyak buku yang kamu miliki. Yang lebih penting adalah kwalitas buku yang kamu baca.
Setelah beberapa hari mas Masykur pulang kembali ke Ngawi, saya kontak dia untuk menanyakan profil pembaca perpustakaan yang dikelolanya. Saya pikir perpsutakaan itu adalah perpustakaan komunitas yang pembacanya beragam sehingga saya bisa memberikan buku-buku seperti kumpulan cerpen, novel, maupun buku populer lainnya. Tapi ternyata, perpsutakaan yang dikelolanya itu Perpustakaan Institut Agama Islam Ngawi.
Saya mulai melihat dan memilih buku-buku yang ada pada rak buku. Saya pilih buku bertemakan keislaman, kebangsaan, dan juga bundel majalah Basis. Saya juga memberikan beberapa koleksi jurnal Prisma. Tak lupa, beberapa koleksi panduan grammar bahasa Inggris saya pilih. Semuanya terkumpul dalam satu kardus besar dengan berat 30 kg. Thanks to Indah Jaya Express. Karena sedang masa promosi, saya hanya perlu membayar 75 ribu untuk pengiriman seberat 30 kg.
Saya masih mempunyai beberapa novel, kumpulan puisi, kumpulan cerpen dan buku-buku bertema menggapai impian. Ingatan tertuju kepada seorang teman yang baru saja merintis pendirian Pondok Pesantren Nihadlul Qulub, yang berlokasi di Desa Moga, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Cover buku-buku yang mau saya donasikan itu saya foto dan saya kirim ke teman.
“Mas Yai, buku-buku kayak gini cocok ga ya buat nambah koleksi santri Nihadlul Qulub? Sebagian masih baru terbungkus plastik. Klo cocok kukirim ke pondok,” sebuah pesan WA saya kirim.
“Ya Allah... Bagus-bagus itu. Siap menerima,” jawabnya singkat.