Meski ada yang lebih dekat dari rumah, saya lebih suka pergi ke Pasar Legi Kotagede, Jogja. Dengan mengendarai motor, hanya butuh 5 menit untuk sampai ke sana.
Selain sayur, yang biasanya “wajib” saya beli itu pisang kepok dan buah salak. Kedua jenis buah ini hampir selalu tersedia di rumah. Pisang kepok biasanya saya rebus. Keduanya menjadi menu pengganjal perut bila sesekali merasa lapar.
Penjual sayur, pisang kepok dan salak semuanya bisa dengan mudah saya temukan di depan kios pasar. Dulu, saya tidak mau repot keliling pasar untuk mendapatkan semua yang saya butuhkan. Karena bisa membeli di bagian depan kios pasar, saya hanya butuh waktu 10-15 menit untuk mendapatkan sayur, pisang dan salak.
Tapi suatu kali, saya iseng keliling pasar. Sekadar pengen tahu ragam penjual di dalamnya. Entah apa yang menggerakkan kaki saya sehingga berhenti pada seorang ibu yang hanya menjual pisang. Posisinya hampir berada di pojok sebelah belakang sisi timur pasar.
Ada tumpukan berbagai jenis pisang dan saya memilih 3 sisir pisang. Dan harganya ternyata lebih hemat, mungkin sekitar 25% dari harga yang selama ini saya keluarkan untuk membeli pisang yang sama pada penjual yang menggelar dagangannya di depan pasar. Sejak saat itu, saya selalu kembali ke ibu itu untuk membeli pisang kepok.
Buat yang tidak terbiasa belanja ke pasar tradisional, Pasar Legi Kotagede terasa tidak begitu nyaman. Area parkir motor mengambil lahan jalan, mungkin hampir 50%. karena itu, mobil yang melintasi pasar hanya untuk satu jalur dari arah timur ke barat. Penjual sayur dan pedagang lain pun ikut mengurangi lahan jalan dengan berjualan di pinggirnya.
Keramaian penjual dan pembeli di pasar itu terus mengular di depan kios, hingga di dalam pasar. Bahkan gang kecil untuk masuk ke pasar pun di samping kanan kirinya dipenuhi penjual. Keramaian pasar akan mengalami puncaknya saat tiba hari pasaran legi dalam penanggalan jawa yang terjadi setiap 5 hari sekali.
Melihat suasana pasar pada tahun 1971, memang terlihat beda. Meski struktur gedung bagian depan masih mirip dengan yang sekarang, namun ada yang berbeda dengan tulisannya. Dulu hanya tertulis Pasar Kotagede, namun yang sekarang ada tambahan satu kata menjadi Pasar Legi Kotagede.
Dulu, di depan kios pasar langsung berhadapan dengan jalan utama. Mungkin di depan kios juga menjadi area parkir sepeda milik para pedagang maupun pembeli. Tapi di depan kios pasar yang sekarang ini, masih ada area khusus parkir, sebelum berhadapan langsung dengan jalan utama.