Di depan gedung Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, ada 3 papan reklame berbeda yang menempel pada satu tiang yang sama. Yang paling besar bertuliskan Galeri Upakarti Sleman. Papan berukuran sedang bertuliskan Rumah Kreatif Sleman, dan yang paling kecil tertulis Sleman Mall.
Buat yang tidak akrab dengan lingkungan perkantoran di area itu, mungkin akan menganggap kalau di gedung dinas berlantai 3 itu ada 3 ruang yang berbeda sesuai dengan nama papan reklame itu.
Tapi, bagaimana mungkin ada Sleman Mall di sebuah gedung dinas yang tidak terlalu besar? Asosiasi kita terhadap istilah Mall biasanya merujuk pada sebuah pusat perbelanjaan besar, dan rasanya tak mungkin lokasi sebuah Mall berada satu gedung dengan kantor pemerintahan. Mungkin pegawai dinas yang memesan papan reklame itu punya maksud lain dengan kata Mall pada papan itu.
Memasuki lantai pertama gedung itu, mata kita langsung disuguhi deretan berbagai macam produk. Makanan camilan menempati meja display yang langsung akan terlihat setelah kita memasuki ruangan itu. Ada camilan kripik jamur, kripik usus, tempe chips, dan juga tersedia abon sapi.Tak jauh dari meja display, ada meja lain yang menyuguhkan berbagai macam dompet yang dikemas dalam kotak berwarna coklat.
Tampaknya, Galeri Upakarti Sleman dan Rumah Kreatif Sleman itu satu ruang yang sama namun dengan nama yang berbeda. Tulisan Galeri Upakarti Sleman tertulis jelas di belakang meja penerima tamu. Sedangkan tulisan Rumah Kreatif Sleman berada di satu ruang yang tak jauh jaraknya dari meja itu. Keduanya sama-sama berada di lantai 1. Saya mencoba mencari papan bertuliskan Sleman Mall di lantai itu, tapi tak menemukannya .
Lalu, sederetan berbagai macam produk souvenir, kain batik, tas, dan lainnya akan kita temukan di ruangan itu pula. Tak ketinggalan, ada pula perabot rumah tangga, seperti meja, lampu, dan perkakas rumah lainnya.
Berdiri sejak 2004, galeri itu menjadi ruang promosi berbagai macam produk yang dibuat oleh UMKM di wilayah Sleman. Lebih dari sekadar promosi, galeri itu juga untuk mendukung dunia kewirausahaan dan kehidupan para kriyawan di daerah itu.
Tak ada keuntungan yang diperoleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai pengelola galeri. Harga yang tertera pada produk adalah harga asli yang ditentukan oleh UMKM. Seperti setoples Keripik Getuk Singkong yang berharga Rp. 21.000, setelah laku, uang dengan nominal yang sama itu lah yang akan diberikan kepada UMKM yang membuatnya.
Meski ruangan itu tak terlalu luas, ternyata mampu menampung berbagai macam produk dari 100 lebih UMKMdi wilayah Sleman. Durasi display sebuah UMKM di galeri itu hanya selama 6 bulan. Setelah masa display selesai, ruang itu akan disediakan untuk UMKM lain yang belum mendapat kesempatan mempromosikan produknya.
Bukan hanya pegawai pemerintah Sleman yang menjadi pembeli produk-produk itu. Selama 6 bulan, tamu yang mengunjungi kantor baik tamu lokal Jogja maupun dari luar daerah, juga menjadi konsumen galeri itu.
Lalu, bagaimana nasib produk UMKM setelah 6 bulan? Apakah mereka akan mempromosilan produknya sendiri tanpa bantuan pemerintah?
Dinas itu akan tetap membantu mempromosilan secara online. Website larrez.id menjadi media untuk mempromosikan produk-produk UMKM secara digital. Selain itu, di marketplace pula produk-produk lokal di wilayah Sleman itu bisa kita temukan. Dengan promosi dan penjualan secara online, target calon pembeli pun semakin luas.
Tulisan ini pertama kali tayang pada tanggal 28 Oktober 2021 di http://www.faisholadib.id/2021/10/7-galeri-produk-ukm.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H