Mohon tunggu...
Faishol Adib
Faishol Adib Mohon Tunggu... Penulis - Profiless

Person without Profile

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menanti Kereta Api

15 Januari 2021   15:43 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:56 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Berita apa yang kamu peroleh hari ini?” tanya Mulyadi kepadaku.

“Aku tadi ke pasar. Beberapa harga makanan pokok naik,” jawabku.

“Apakah ada bahan pokok yang sulit dicari?”

“Masih ada semua, tapi mahal harganya.” 

Kantor surat kabar yang tak begitu luas, bekas kantor yang dulu kami gunakan untuk mengelola Cahaya Mentari, berlokasi di Jalan Malioboro. Tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan, aku, Untoro, Bawono, dan Mulyadi menjadikannya sebagai kantor Kemerdekaan Bangsa.

Bermalam di kantor bukan sekali dua kali saja kulakukan, tapi sudah sangat sering, termasuk tadi malam. Sepertinya aku memang harus menginap lagi malam ini. Sengaja mengajak Mulyadi untuk sama-sama tak pulang dan besok pagi, kami ingin ikut menyambut dan menyaksikan Presiden Soekarno beserta rombongan tiba di Stasiun Tugu.

Setiap bermalam di kantor, tugasku bukan semata memastikan semua materi redaksi siap untuk dicetak. Sebagai sebuah surat kabar rintisan, setiap awak Kemerdekaan Bangsa tidak hanya bertanggung jawab sesuai tugas masing-masing. Sebagai bagian dari tim redaksi, aku juga membantu tim surat kabar lainnya di bagian produksi.

Untuk keperluan pra-cetak, kami menggunakan mesin intertype, sedangkan untuk keperluan cetak, kami memanfaatkan mesin snelpress . Melihat hasil reportase tertuang dalam surat kabar yang sudah tercetak merupakan kebahagiaan tersendiri. 

Tentu, kebahagiaan yang begitu besar kami rasakan ketika surat kabar Kemerdekaan Bangsa berhasil tercetak pada hari pertama. 2,000 eksemplar menjadi penanda lahirnya Kemerdekaan Bangsa. Kami mengedarkannya ke seluruh wilayah Yogyakarta dan mendapat tanggapan yang baik dari rakyat Yogyakarta. Karena itu, pada hari kedua, kami menambah cetakan menjadi 3.000 eksemplar dan pada hari ketiga menjadi 4.000 eksemplar.  

Kami tentu senang dengan kenaikan jumlah cetak itu, tapi sesungguhnya di sana ada tanggung jawab yang dipikulkan para pembaca kepada Kemerdekaan Bangsa, apakah kami mampu menjaga kehadiran surat kabar ini untuk senantiasa menjadi media perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun