Mohon tunggu...
Faishal Hazza
Faishal Hazza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Syari'ah alias KPI

Makan 2 kali sehari, mandi 2 kali sehari, shalat 5 kali sehari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Punya Mobil, Gak Punya Parkiran

9 Januari 2023   22:04 Diperbarui: 9 Januari 2023   22:17 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : gtaind.com

Keramahan dan kehangatan masyarakat Indonesia sangat dikenal dunia, baik itu sekedar memberi senyuman, hingga ngajak mampir untuk ngopi bareng. Ada banyak sekali adat dan budaya yang berkembang di masyarakat Indonesia yang lahir dari kebiasaan baik leluhur, kebiasaan gotong royong dan berbagi makanan ke tetangga kanan kiri adalah salah duanya. Toleransi adalah kunci di balik semua ini, dengannya masyarakat merawat keberagaman di Indonesia. Saling menghormati dan menghargai segala perbedaan yang ada, telah dirawat sejak leluhur kita dulu. Namun hari ini, aku ngerasa kalo masyarakat semakin kebablasan, khususnya dalam memanfaatkan kebiasaan saling menghormati.

Sering sekali aku lihat jemuran ditaruh di pinggir jalan yang harusnya menjadi hak pejalan kaki, motor diparkir di jalan gang sempit, hingga yang paling parah : mobil diparkir di jalan gang sempit. Inilah penyakit masyarakat hari ini, punya kendaraan tapi tidak punya halaman/garasi untuk memarkir. Menurutku, para oknum masyarakat ini mungkin salah tafsir dalam budaya saling menghormati dalam kehidupan masyarakat, bisa jadi mereka beranggapan bahwa mereka yang tidak punya garasi mesti dihormati untuk parkir di pinggir jalan area rumahnya. Sungguh perilaku yang sangat menyebalkan dan merugikan bagi sesama. Kesadaran yang rendah tentang harusnya memiliki garasi kalo punya mobil, sangat nampak dengan pernah kutemukannya sebuah artikel di internet yang membahas "Cara merawat mobil tanpa garasi agar tetap awet dan aman". Betapa why sekali masyarakat kita hari ini, menormalisasikan hal yang merugikan orang lain dengan prinsip minta dihormati.

Aku pernah liat konten tentang ribetnya aturan memiliki kendaraan di Jepang, pemerintah sana mewajibkan terlebih dahulu untuk memiliki tempat parkir dan membuktikannya dengan surat resmi kepemilikan garasi saat akan membeli mobil. Bahkan jika tidak punya garasi dan ingin punya mobil, wajib untuk menyewa parkiran yang biayanya sampai 50.000 yen dalam sebulan, setara dengan 5.898.895 rupiah yang bisa dipakai untuk membeli nasi ayam geprek seharga 12.000 rupiah sebanyak 500 porsi. Indonesia sendiri sebenarnya sudah punya UU yang mengatur problematika parkir mobil sembarangan, tertuang dalam UU tentang sanksi melanggar aturan lalu lintas dengan pidana paling lama satu tahun atau denda paling banyak 250.000 rupiah.

Aku sendiri punya pengalaman soal parkir why ini dari mobil tetanggaku yang kerap parkir di pinggir jalan komplek yang secara teritorial adalah bagian dari lahan kostku. Dari dulu memang tetanggaku ini sering pakai lahan kostku untuk naruh jemuran pakaian satu keluarga mereka, parkir sepeda anak, hingga parkir mobil mereka. Sebenarnya hal ini sudah dilakukan tetanggaku sejak awal-awal aku ngekos di situ, namun hal ini tidak pernah dipermasalahkan oleh anak-anak kostku, termasuk aku sendiri. Kami satu kost yang semuanya adalah anak rantau memiliki prinsip untuk mengalah dan menghormati segala ke-absurd-an yang terjadi di lingkungan kost. Namun seiring waktu, kesibukan aktivitas anak kost termasuk aku menyebabkan kami sering parkir motor di luar, sehingga tetanggaku kehilangan tempat parkir mobil, motor, dan jemuran mereka.

Sampai akhirnya kami ditegur, karena tetanggaku ini merasa kehilangan lahan tempat biasa mereka memarkir dan dirugikan karena bingung mau parkir mobil dimana. Bahkan aku pernah liat mobil tetanggaku parkir di tempat yang berbeda-beda. Anak-anak kostku memilih untuk mengalah, kami mengosongkan lahan kostku itu dari motor-motor kami. Namun syukurlah, hari ini kuliat tetanggaku sedang merenovasi bagian rumahnya untuk menjadi garasi. Alhamdulillah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun