Mohon tunggu...
Faishal Hazza
Faishal Hazza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Syari'ah alias KPI

Makan 2 kali sehari, mandi 2 kali sehari, shalat 5 kali sehari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belajar dari Huruf "E"

22 Maret 2022   22:37 Diperbarui: 22 Maret 2022   23:17 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh penulis

Suatu hari ada empat pemuda yang berbincang tentang kertas bertuliskan huruf "E". Mereka duduk di empat posisi yang berbeda di antara sebuah meja. 

Pemuda pertama membuka perbincangan dengan berkata, "Ini adalah huruf E, salah satu dari 5 huruf vokal", kemudian pemuda kedua bertanya, "Sejak kapan huruf M jadi huruf E?". Forum itu memanas karena perdebatan antara pemuda pertama dan kedua, mereka berdua saling membenarkan pendapat sendiri dan menyalahkan pendapat lain. 

Pemuda ketiga hanya diam berpikir, sementara pemuda keempat memotong perdebatan itu dengan berkata, "Kalian berdua bodoh, bagaimana bisa huruf  W dikatakan sebagai huruf E dan M?". Forum ini menjadi debat kusir, tidak ada titik terang dari perbincangan ini, hanya perdebatan dan saling menyalahkan demi membenarkan pendapat masing-masing.

Akhirnya pemuda ketiga memukul meja dengan keras, seketika forum berhenti dan mereka yang berdebat memandang heran pada pemuda ketiga. "Hey kawan, perdebatan tak berujung ini hanya akan menghabiskan masa muda kalian!", pemuda ketiga berkata dengan tegas. Pemuda keempat hendak memotong perkataan pemuda ketiga, namun pemuda kedua menghentikannya dan mempersilakan pemuda ketiga melanjutkan pendapatnya.

Dengan tenang pemuda ketiga menjelaskan, "Kita berempat memandang isi kertas ini dari empat sisi yang berbeda, tentu sudut pandang pendapat kita pastilah berbeda. 

Aku melihat isi kertas ini adalah angka 3, karena begitulah aku melihat dari sudutku. Coba kalian bertiga duduk di sisiku, pastilah kalian berkata isi kertas ini adalah angka 3, begitupun seterusnya. Merasa benar itu harus, tapi bukan dengan cara menyalahkan pendapat orang lain hanya karena berbeda". 

Ketiga pemuda yang awalnya berdebat itu seketika merasa malu karena saling menyalahkan satu sama lain hanya karena berbeda pendapat. Akhirnya mereka saling memaafkan dan menghargai masing-masing pendapat yang berbeda. Indahnya perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun