Mohon tunggu...
Fais Fikrotul zahiroh
Fais Fikrotul zahiroh Mohon Tunggu... Administrasi - College student of International class program of State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang penulis amatir yang masih belajar dan akan terus belajar. NIM : 17130096

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Skill" Dewa Guru BK di Era Revolusi Industri 4.0

20 Februari 2019   00:54 Diperbarui: 20 Februari 2019   05:12 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesan pertama saat menginjakkan kaki di halaman sekolah menengah pertama tujuh tahun yang lalu rasanya begitu menakutkan dan mencemaskan. Gema kata "There is no mercy for your mistakes" acapkali Nampak di pelupuk mata. Yang terlintas dalam fikiran  hanyalah wajah galak guru BK dengan sikap garang yang menyertainya. Ditambah lagi gambaran-gambaran pelajaran dan hal baru yang lebih sulit dari sebelumnya terus menerus menghantui diri.  

Namun ternyata, lambat laun mindset itu mulai berubah. Perlahan-lahan bayangan negative tentang guru BK yang menakutkan mulai sirna. Mulai tergambar jelas begitu multi-talented nya guru BK itu. 

Bayangkan saja, guru BK tidak hanya dituntut untuk menangani kenakalan remaja di sekolah. Namun jauh lebih dari itu. Guru BK harus mampu membantu siswa dalam mencapai karir nya, berperan aktif dalam pengembangan jiwa sosial siswa dan pemberian problem solving kepada siswa yang membutuhkan.

Tuntutan itulah yang membuat guru BK masa kini meng upgrade self capacity nya dalam menjalankan role nya di era revolusi industry 4.0 ini.  Seperti yang kita ketahui revolusi membawa dampak yang besar bagi peradaban manusia, dan termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan remaja. 

Tentunya dengan tantangan yang lebih beragam seperti maraknya cyber bullying yang tengah menjadi trend di kalangan umum pada saat ini. Ditambah lagi dengan adanya fenomena nomophobia atau yang istilah umumnya adalah kecanduan gadget. 

Dan yang paling  crusial adalah semakin tingginya nilai kerusakan moral dan akhlaq akibat tidak dapat melakukan filterisasi terhadap budaya-budaya baru yang muncul.

Dikhawatirkan revolusi industry 4.0 ini akan meningkatkan rata-rata angka bunuh diri dikalangan masyarakat terutama remaja. Karena  di zaman yang serba digital ini kalangan remaja dengan mudahnya mengakses internet dan sosial media dimanapun dan kapanpun. 

Lama-kelamaan bagi  remaja yang nilai moralnya menurun akan timbul perasaan kurang puas terhadap apa yang di miliki karena setiap harinya melihat posting-postingan orang yang lebih kaya, lebih bahagia kehidupannya dan lebih harmonis keluarganya. Sehingga selalu mencoba untuk mencapai taraf kehidupan yang di idam-idamkan namun selalu gagal karena merasa masih ada target yang belum dicapai Dari situlah muncul suatu dorongan untuk melakukan bunuh diri.

Disitulah peran guru BK sangat dibutuhkan untuk melakukan tindakan preventif guna mencegah semakin banyaknya kasus bunuh diri di kalangan remaja. Guru BK harus mampu mendekati siswa nya dan bahkan lebih baik jika bisa bersahabat dengannya agar dapat lebih mudah berkomunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun