Sesaat melepaskan tubuh saya, dengan air mata yang di seka di pipihnya.
"Apa saya sanggup melakukan tugas itu dengan baik, ketakutanku adalah wasiat yang tak bisa saya laksanaka" ujarku dalam diam
Sebelum beliau lalu dari pandangnya saya, dia kemudian mengecup kening dan menepuk pundak seraya beeujar "jaga dan rawat, keasilan dan kesejahteraan adalah sebuah keharusan"
Aku mengangguk siap menyalami tanganya dan menciumnya. Dan setelah menjauh sekitar satu meter, dia membalikkan badannya dan berujar.
"Aku cucu kerabat Dowes Doker, seorang belanda yang sama-sama berjuang dengan pribumi" kemudian lalau
Aku tersemum, "Dowes Doker, dengan nama pena Multatuli pada buku Marx Havelar, seorang belanda ulung namun berjiwa nusantara, ruapanya jiwa beliau belum juga mati" pikirku dalam hati"
Ternate, 18 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H