Saya mulai bergabung di kompasiana tahun 2011. Tepatnya 28 Agustus 2011. Tahun ini tahun ke delapan kompasiana. Jadi ketika saya bergabung  kompasiana berusia tiga tahun. Saat itu saya bertugas di PLTU Tanjung jati B Jepara. Ibaratnya kompasiana ketika itu masih bayi. Sekarang  seusia anak kelas dua sekolah dasar.  Tetapi sudah menciptakan ribuan penulis-penulis berbakat.Â
Setiap malam saya menulis selama tiga hari pertama terdaftar sebagai kompasianer. 28 Agustus 2011 saya menulis "Mudik". Tulisan ini terinspirasi oleh suasana mudik yang disiarkan televisi dan diberitakan oleh Kompas dan saya sendiri tidak mudik. 29 Agustus 2011 saya menulis "Ikan Bakar & Sidang Isbath". Malam takbiran idul fitri.Â
Kami yang tinggal di kompleks PLN Bandengan, Jepara berkumpul bikin acara bakar-bakar ikan sambil menunggu keputusan sidang Isbath penentuan 1 Syawal. Mumpung ikannya belum matang saya sempatkan menulis "Ikan Bakar & Sidang Isbath". 30 Agustus 2011 saya menulis "Shalat Ied: Penutup Training Centre". Â Setelah itu kira-kita sebulan baru saya menulis lagi hingga tercipta sebanyak 36 tulisan.Â
Setiap tulisan yang saya buat. Saya share ke  facebook  dan twitter. Dengan harapan agar tulisan saya dibaca banyak orang. Senang rasanya tulisan saya dibaca banyak orang. Ada kepuasan bathin tersendiri yang sangat dalam sambil tersenyum di depan laptop. Dimana kita tidak  saling  kenal antara pembaca satu dengan lainnya.  Meskipun demikian ada saja di antara mereka  yang menjadi follower saya. Demi menghargai perkenalan dengan follower. Saya fol back (follow back) follow balik  mereka.Â
Berikut statistik saya sampai tanggal 22 Oktober 2016:
Artikel : 36
Dibaca : 26,323
Komentar : 14
Nilai : 16
Headline : 0
Pilihan : 11
Empat tahun saya absen di kompasiana. Alasannya  sibuk bekerja di hutan yang jaringan internet tidak lancar. Sekarang sudah lancar karena jaringan 4G sudah masuk hutan. Hutan yang terletak 42 mil dari kota Mimika, Papua. Terdapat lokasi tambang tembaga Freeport. Daerahnya terkenal dengan nama Tembagapura.Â
Konon nama itu diberikan ketika rezim Soeharto berkuasa. Tahun 1997 saya memulai karir sebagai teknisi listrik di sini. Cuma lokasinya di Amamapare (portsite). Sebidang delta yang bersebelahan dengan pulau Karaka yang banyak dihuni oleh nelayan masyarakat Papua. Di pembangkitan tenaga listrik tenaga uap - PLTU berkapasitas 3 x 65 MW yang juga masih aset Freeport.Â
Tahun 1998 saya mengundurkan diri (resign). Masalahnya Timika (sekarang Mimika) masih  "primitif". Telepon genggam belum ada. Internet hanya bisa diakses melalui komputer kantor. Wartel cuma satu.Â
Pesawat telponnya ada 4 unit. Terus yang antri ratusan karyawan hingga jam dua pagi. Beruntung selisih waktu bagian timur dan barat selisihnya dua jam lebih cepat di bagian timur. Sehingga orang rela antri berjam-jam. Jadi komunikasi dengan keluarga di luar Papua dibantu dengan surat menyurat lewat pos.
Akhir tahun 2014 lalu saya kembali lagi. Kali ini saya bekerja di Tembagapura. Hutan yang disulap menjadi kota kecil. Jaringan komunikasi yang lengkap. Dan tahun ini sudah ada jaringan 4G. Bisa video call dengan keluarga yang nun jauh di sana. Dan dengan mudah bisa mengakses www.kompasiana.com.
Dari dalam hutan Papua, Tembagapura. Saya mengucapkan dirgahayu yang ke delapan Kompasiana. Sukses selalu dalam menciptakan penulis-penulis yang berbakat.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H