Mohon tunggu...
Faisal Refki
Faisal Refki Mohon Tunggu... Freelancer - Kurang vokal, hanya bersuara lewat tulisan

Kitik bakitik daun rumbia. Daunlah nangka tilantang balik tilantang. Apik pang apik dalam dunia. Api lah narka mahadang sudah mahadang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ku Mu

27 Juni 2019   20:18 Diperbarui: 27 Juni 2019   20:24 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ku Mu

Seketika lengahku menjadi anehku
Tatkala harimaumu melumat harimauku
Buaya kita bertemu buaya
Ku mengayu dan Mu bersiput
Kujamah bebanmu kau jamah bebanku
Kujamah putihmu kau jamah coklatku
Rebah diatas rambut ungu seribu
Memutar arah utara ke selatan
Barat ke timur halang melintang
Harimaumu melahap coklatku
Harimauku mencicip siput berlendir
Lama lama lama lama...
Merah hangat nan sejuk
Buayamu menggigit daun
Buayaku bergerilya menuju putihmu
Ku dan Mu sudah saling menanti
Berharap akan terjadi
Sutraku dan sutramu terbang tak tau arah
Ku mencari Mu, Mu mencari Ku
Maling ini membantu Ku bertemu Mu
Ku diapit oleh goa lembab tak bergerigi
Bergerigi namun seperti siput
Utara ke selatan, barat ke timur
Lama lama lama lama..
Ku pun luncurkan luncurnya
Mu pun luncurkan luncurnya
Bertemulah Ku dan Mu di seberang surga

Banjarmasin, 27 juni 2019

Faisal Refki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun