Di masa pandemic covid-19 pembelajaran di sekolah bahkan di institusi ataupun universitas diberhentikan dan dilakukan secara online demi menghindari penyebaran Covid-19. Hal tersebut membuat para tenaga pengajar harus memutar otak agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Saat ini, solusi dari tenaga pengajar untuk melakukan pembelajaran adalah dengan metode pembelajaran secara video conference melalui software pihak ketiga seperti Zoom dan Google Meet agar dapat bertatap muka walaupun secara online. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya efektif sehingga tenaga pengajar mencoba mencari suatu solusi agar pengajaran dapat dilakukan secara efektif kembali.
Akhirnya, tenaga pengajar sedang melakukan suatu uji coba metode pembelajaran dengan sebuah teknologi yang sangat terkenal yaitu VR (Virtual Reality) agar kita dapat bertatap langsung secara 3D. Namun, apakah pembelajaran dengan menggunakan VR bisa menjadi solusi di Indonesia ?.
Sebelum kita masuk pada topik, kita perlu tau apa itu VR atau Virtual Reality.
Virtual reality atau yang kita kenal dengan "VR" adalah sebuah teknologi yang membuat seseorang dapat melihat secara 3D seperti layaknya dunia nyata, yang membuat seseorang seperti merasakan berada di dalam lingkungan tersebut (Kresna Galuh D. Herlangga, 2016).
Secara umum, Virtual Reality atau yang kita kenal dengan "VR" sudah dikembangkan cukup lama, bahkan lebih tepatnya dimulai mulai pada tahun 1800-an. Dan pada pertengahan 1980, istilah "virtual reality" mulai digunakan. Hingga saat ini, teknologi VR ini terus berkembang dan sudah difungsikan dengan baik
Jaron Lanier, adalah salah satu founder dari perusahaan VPL Research. Ia adalah seorang yang mulai mengembangkan peralatan teknologi virtual reality tersebut. Bukan hanya itu, ia juga yang mengembangkan teknologi goggle (kaca mata) dan sarung tangan yang dibutuhkan dalam VR agar seseorang tersebut dapat merasakan pengalaman menggunakan VR tersebut.
VR memiliki keunikan tersendiri yaitu pengalaman yang membuat user merasakan sensasi selayaknya dunia nyata namun didalam dunia maya. Bahkan perkembangan teknologi virtual reality saat ini memungkinkan kita tidak hanya pada indra penglihatan dan pendengaran saja yang bisa merasakan sensasi dunia nyata dari dunia maya yang diciptakan oleh virtual reality tersebut, namun juga indra yang lainnya (Kresna Galuh D. Herlangga, 2016).
Kalau kita kaitkan ke dalam pembelajaran, dengan VR kita dapat bertatapan secara langsung antara pengajar dengan pelajar ataupun sebaliknya. Kita dapat merasakan sensasi seperti layaknya kita sedang belajar didalam kelas dan juga kita dapat berinteraksi dengan pengajar ataupun sebaliknya secara tatap muka melalui teknologi VR tersebut.
Dan juga, jika pembelajaran dilakukan menggunakan teknologi VR, Hal tersebut dapat membantu beberapa pelajaran ataupun matakuliah yang selayaknya harus dilakukan secara tatap muka. Contoh, didalam jurusan Teknik Informatika ada matakuliah yang bernama Algoritma dan Pemograman Dasar. Hal tersebut perlu di lakukan secara tatap muka dan dipraktekkan berdampingan dengan pengajar.
Menurut Afri Tri Fardani, ia memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknologi Virtual Reality bila dikaitkan dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh. Bukan hanya itu, VR juga sangat mendukung untuk salah satu pelajaran yang syaratnya harus ditampilkan dalam bentuk visual. Ketertarikan dari pengguna terhadap Teknologi VR ini juga cenderung sangat tinggi dan juga penggunaan teknolgi virtual reality akan berdampak cukup signifikan terhadap tingkat kesenangan serta pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan (Fardani, 2020).