Mohon tunggu...
Faisal Nurrofi
Faisal Nurrofi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Mahasiswa yang aktif dalam proyek kreatif. Saya tertarik pada komunikasi digital, tren mahasiswa, dan produksi konten kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Aroma Khas dari Pojok Pasar yang Menggugah Selera

26 Desember 2024   08:32 Diperbarui: 26 Desember 2024   08:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan wingko babat yang dipanggang dengan arang, menghadirkan aroma khas yang tak terlupakan. 

Matahari belum sepenuhnya terbit ketika aroma khas mulai menyelimuti Pasar Tradisional Ngasem. Asap tipis dari bara arang yang menyala perlahan menambah kehangatan suasana pagi itu. Di sebuah sudut pasar, Sulis (61), seorang pedagang wingko babat, dengan cekatan memanggang adonan berbahan kelapa parut, tepung ketan, dan gula di atas panggangan tradisional. Teknik ini bukan hanya sekadar cara memasak, melainkan seni yang diwariskan turun-temurun.

"Kalau pakai arang ini mas, rasa wingko babat jadi lebih khas, ada aroma gosongnya yang bikin orang tu langsung ingat kampung halaman," ujar Sulis dengan senyum ramah. Meski menggunakan teknik lama yang membutuhkan kesabaran ekstra, ia percaya inilah rahasia di balik cita rasa wingko babatnya yang selalu dirindukan pelanggan.

Di tengah hiruk-pikuk pasar, wingko babat tak hanya mempertahankan keaslian tradisionalnya tetapi juga mulai berinovasi. Kini, wingko babat hadir dalam berbagai rasa modern seperti cokelat dan pandan ini menjadikannya lebih menarik bagi generasi muda.

Rahmat, pedagang wingko babat, bahkan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan produknya. "saya ingin wingko babat ini mas, tidak hanya dikenal di pasar tradisional doang, tetapi juga sampai ke luar kota. Lewat online, kami bisa menjual dalam kemasan yang tahan lama, jadi bisa dibawa sebagai oleh-oleh," jelasnya.

Namun, di balik inovasi tersebut, pesona wingko babat yang dipanggang dengan arang tetap tak tergantikan. Banyak pelanggan yang rela datang ke pasar hanya untuk menikmati cita rasa otentiknya. "Kalau beli wingko di pasar, sensasinya beda. Apalagi bisa melihat langsung proses pembuatannya," ujar Ifan, salah satu pembeli di pasar tradisional.

Pasar tradisional seperti Ngasem bukan sekadar tempat bertransaksi, tetapi juga ruang interaksi sosial dan cerita tersendiri. Di sini, wingko babat menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, yang menyatukan berbagai generasi dalam kenangan manis yang sederhana. Seorang wisatawan asal Jakarta, Tio, mengaku terkesan dengan pengalaman menikmati wingko babat langsung dari tungku arang. " Saya jarang sekali menemukan makanan tradisional yang masih dibuat dengan cara seperti ini di tempat saya. Rasanya autentik, seperti membawa saya kembali ke masa kecil di rumah nenek," katanya.

Di tengah gempuran makanan cepat saji dan jajanan kekinian, wingko babat tetap berdiri kokoh dengan keunikan dan kehangatannya. Menikmati wingko babat di tengah hiruk-pikuk pasar adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Ketika gigitan pertama menghantarkan rasa manis dan gurih, kita seolah diingatkan bahwa tradisi yang dipertahankan dengan cinta akan selalu menemukan tempat di hati masyarakat.

Dengan semangat para pedagang yang terus menjaga tradisi, ditambah inovasi yang menarik perhatian generasi muda, wingko babat tetap memiliki peluang besar untuk bertahan di tengah gempuran kuliner modern. Selama cita rasa dan keunikan proses pembuatannya dihargai, kue tradisional ini akan terus menjadi bagian penting dari kekayaan kuliner Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun