Mohon tunggu...
Amrul Faisal
Amrul Faisal Mohon Tunggu... -

Pendidikan S1, Site Officer BSP di Kendawangan, Kalimantan Barat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UU No. 4 tahun 2009, Sebuah Ironi bagi Pekerja Tambang

14 Januari 2014   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dengan diberlakukannyà UU No. 4 Tahun 2009, sejak 12 Januari 2014, pupus sudah harapan kami sebagai bagian dari pekerja tambang, khususnya Angkutan barang tambang bouxite di Kalimantan Barat. Meskipun ada beberapa gagasan penundaan bagi perusahaan yang mempunyai progress bangun smelter hingga tahun 2017 dan seterusnya, kini terasa tak ada harapan, semua masih dalam bahasa politik yang belum bisa diduga maknanya . Mengambang, mengapung , bertahan menjaga jangan sampai hanyut, dan terdampar seperti kapal kehabisan bbm di laut, menanti kebijaksanaan perusahaan tambang apakah lanjut atau menunggu hingga waktu yang tak pasti.

Kalau kita mau melihat kebelakang lagi, bahwa pekerjaan penambangan  Minerba ini sudah banyak dinikmati oleh segenap pengusaha pejabat daerah, pejabat pusat, termasuk masyarakat lokal dan banyak professional berbagai bidang. Semua juga tahu tindakan mengabaikan UU No. 4 tahun 2009, menguras hasil bumi kita , merugikan generasi yang akan datang, dan seterusnya, tetapi tindakan melarang eksport secara sekaligus, sama artinya mencekik mati pekerja tambang, terutama karyawan , buruh-buruh kontrak dan seterusnya.

Seharusnya fungsi monitoring bagi otoritas tambang / instansi terkait bisa mengevaluasi dan memutuskan dan merincikan secara detail, perusahaan mana saja yang  serius, yang sudah menempatkan investasinya, di monitor progressnya, eksport diberikan , diukur sesuai progress investasinya , sehingga perusahaan tambang dan komponen yang terlibat dalam lingkup kerja tambang bisa lanjutkan aktifitas produksi dan eksport secara selektif terukur tetap ber jalan hingga pabrik selesai di bangun..
Jangan lah karena kealfaan kita selama 5 tahun sejak diberlakukannyà UU tersebut, ribuan pekerja tambang jadi korban , ini sangat ironis, mengabaikan hak-hak dasar pekerja.
AF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun