Mohon tunggu...
Faisal Membara
Faisal Membara Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksistensi Tukang Becak Jepara, di Tengah Modernisasi Transportasi

9 Mei 2017   12:09 Diperbarui: 9 Mei 2017   12:42 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Era modern saat ini, becak kian lama kian jarang ditemui khususnya di kota besar seperti jakarta dan surabaya, padahal becak adalah alat transportasi roda tiga yang ramah lingkungan dan mungkin sudah tidak banyak yang bisa mengenal becak sebagai sarana transportasi manual, di kota kecil pun seperti jepara juga demikian. Kendaraan roda tiga yang di kayuh layaknya sebuah sepeda ini perlahan tidak mendapatkan tempat lantaran tersingkir oleh transportasi modern bertenaga mesin.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi membuat peminat akan alat transportasi becak berkurang. Terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara eksistensi becak di tahu n 70-90an dengan masa kini. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hal yang paling sederhana yaitu penumpang becak, munculnya alat transportasi yang semakin modern dan cepat seperti sepeda motor, taksi, dan angkutan umum roda empat (angkot) membuat masyarakat lebih memilih meninggalkan becak dan beralih ke alat transportasi tersebut. Efisiensi waktu juga mendaji pertimbangan masyarakat apabila memilih alat transportasi, tak heran jika becak kini sangat kurang diminati oleh masyarakat. Namun, dibalik itu semua terdapat beberapa orang yang masih tetap setia menggunakan jasa transportasi becak, “Saya lebih sering naik becak karena becak lebih aman, selain itu juga dapat memudahkan saya ketika saya harus membawa barang-barang banyak sehabis pulang dari pasar” ucap ibu Sumiyati yang menggendong anaknya sambil menaiki becak.

Bapak Sutarji adalah salah seorang yang berprofesi sebagai tukang becak, bapak dari 4 orang anak ini mengaku sudah menjalani profesinya sejak tahun 1986, warga kampung ......, RT../.., kelurahan...... ini menceritakan bagaimana dahulu pada tahun 1986 jumlah becak di kabupaten jepara mencapai 400 an dan sekarang jumlahnya hanya tinggal 200 an, yang kerap mangkal di area terminal Jepara hanya 10-12 orang. Tetap Eksis hingga saat ini, bapak berumur 67 tahun itu sehari pendapatan bisa mencapai 50 ribu, dan kalau waktu rame bisa dua kali lipat.

Di balik itu semua, tersimpan harapan kecil dari si tukang becak, yaitu membahagiakan keluarga serta melihat anak-anak serta cucu-cucunya berhasil di kemudian hari. ”yang penting keluarga seneng, itu aja cukup buat saya.” Ucap, lelaki paruh baya itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun