Emosi memiliki peran yang sangat penting dalam proses berinteraksi dan pengembangan diri. Emosi diartikan sebagai dari reaksi terhadap situasi tertentu yang dilakukan oleh tubuh. Hal yang biasanya memiliki kaitan dengan aktivitas berpikir (kognitif) seseorang, yaitu sifat dan intensitas dari emosi, karena hasil dari persepsi akan situasi yang terjadi. Emosi menjadi salah satu aspek yang memiliki pengaruh besar atas sikap manusia selama ini. Hal itu dibarengi dengan dua aspek yang lain, yaitu adanya daya pikir (kognitif) dan psikomotorik (konatif), biasanya emosi sering dikenal dengan aspek afektif, hal ini merupakan dari penentuan sikap, yang menjadi salah satu predisposisi dari perilaku manusia. Di dalam salah satu buku LoBue  terdapat enam jenis emosi diantaranya adalah Heppiness & joy (bahagia dan gembira), sadness (sedih), anger (marah), fear (takut), disgust (jijik) dan yang terakhir adalah shame (malu).
Karena kita membahas tentang kebahagiaan mari kita simak bersama-sama apa itu kebahagiaan? Kebahagiaan atau happiness adalah suatu perasaan menyenangkan yang ditunjukkan dengan kenikmatan, kepuasan, kenyamanan, kegembiraan atau emosi positif yang membuat kehidupan menjadi baik dalam kesejahteraan, keamanan atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan. Ekpresi kebahagiaan ini biasanya diungkapkan dengan cara smile (tersenyum), laughter (tertawa), positive non-laughter vocalizations (ekspresi non-tawa pada seperti nafas gurgling, ocehan bernada positif dan cooing ) dan yang terakhir adalah Body movement and positive touch (bertepuk tangan, melompat kegirangan, lambaian tangan yang bersemangat, tangan memukul-mukul meja dll).
Lalu untuk perkembangan kebahagiaan pada anak dibagi menjadi 4 yaitu :
-Neonatal dan senyum awal ( 0-2 bulan) biasanya terjadi ketika anak sedang tertidur dan beberapakali terjadi disaat anak dalam keadaan sadar yang berkaitan dengan emosi positif dan disebabkan oleh perasaan internal. Ini diekspresikan dengan pergerakan bibir dan mulut yang beberapa orang menganggap ini sebagai senyuman.
-Early Smiling and the Transition to Social Smiling: (1--2 Months) anak mulai jarang tersenyum ketika tertidur akan tetapi lebih sering terjadi ketika sadar (tidak tertidur). Pada tahap ini senyuman terjadi karena faktor eksternal interaksi antara bayi dan orang tua atau pengasuh. Biasanya dieskpresikan dengan menatap orang tua atau pengasuh dan atau menggerakan alis
-Developments in Interactive Smiling Between 2 and 6 Months anak mulai lebih responsif terhadap orang-orang di sekitarnya, sehingga interaksi tersenyum terjdi lebih cepat. Pada usia ini bayi menunjukkan tingkat senyum yang stabil dalam interaksi tatap muka.
-Smiling Between 6 and 18 Months: The Development of Referential Smiling Setelah usia 6 bulan, bayi menjadi semakin cenderung menggunakan senyuman untuk secara sengaja mengomunikasikan pengaruh positif.
Nah, setelah kita simak bersama mengenai kebahagiaan itu apa dan perkembangannya, mari kita lanjutkan ke pembahasan utama kita yaitu "Menanamkan Kebahagiaan Kepada Anak Sejak Dini".
Kebahagiaan pada masa perkembangan anak tentu saja memiliki pengaruh yang lumayan besar kepada anak. Kenapa begitu? Karena anak yang bahagia, riang, dan gembira serta dibesarkan oleh keluarga yang penuh cinta tentu saja akan memiliki persepsi positif mengenai dirinya sendiri dan orang lain. Kebahagiaan juga akan membuat anak tumbuh menjadi memiliki kepercayaan diri yang lebih baik dan anak bisa mudah bersosialisasi kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Jika anak memilki kepribadiaan seperti itu maka hal itu akan membuat anak menjadi lebih disukai orang lain dan juga dapat menumbuhkan rasa empati pada anak. Kebahagiaan pada anak juga dapat membuat anak bisa mengembangkan keterampilannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Anak juga akan menjadi pribadi yang kuat saat dihadapkan dengan suatu konflik dan anak bisa mencari solusi terbaik untuk dirinya saar menghadapi suatu konflik. Anak yang bahagia akan memiliki semangat yang besar untuk belajar. Apabila anak semangat untuk belajar tentunya dia akan memliki pengetahuan yang luas sebagai bekal dia untuk kedepannya.
Kebahagiaan sering disangkut pautkan dengan materi dan prestasi. Namun kebahagiaan bisa didapatkan dari  usaha, tindakan, aktivitas, dan rutinitas sehari-hari untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Namun pendapat mengenai kebahagiaan bisa didapatkan melalui materi dan prestasi tidak sepenuhnya benar. Kenapa begitu? Karena jika kita memiliki pandangan bahwa kebahagiaan hanya bisa didapatkan melalui hal yang bersifat materialistis justru akan membuat kita akan merasa bahwa kebahagiaan akan sulit untuk didapatkan. Mungkin bisa dicontohkan seperti ini, ketika sebuah nilai yang bagus adalah suatu hal yang diasosiasikan sebagai suatu kebahagiaan maka ketika anak mendapatkan nilai yang jelek dia akan merasakan sedih. Anak bisa tiba-tiba berubah menjadi anak yang pemurung, kurang percaya diri, dan mungkin saja stres. Hal ini bisa membuat proses tumbuh kembangnya terhambat. Lalu pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan penting untuk dibangun pada masa anak-anak.
Semakin dini anak di didik mengenai kebahagiaan akan semakin baik tentunya. Orang tua, guru serta orang yang berada disekitar anak akan menjadi sosok yang memiliki peran penting dalam pembentukan kebahagiaan anak. Jika anak bahagia maka aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal.