Saya adalah seorang yang tidak suka melihat politik di Indonesia, mungkin dari sekian banyaknya pembaca memiliki pemikiran yang sama seperti pemikiran saya. Karena pasalnya politik itu lebih dekat dengan korupsi, dan para koruptor itu menyusahkan rakyat. Saya adalah rakyat yang benci para koruptor, dari itu saya tidak suka ber- atau me- lakukan- politik. Â Khususnya dewasa ini yang semua setasiun televisi menayangkan kasus Setya Novanto.
Kasus Setya Novanto ini seperti kasus Kopi Sianida, masih ingatkan kasus Kopi Sianida? ditayangkan di setiap stasiun televisi sehingga masyarakat yang tidak mengetahui kosep, teori tentang hukum menjadi sedikit memahaminya. Sama seperti kasus Setya Novanto, orang-orang yang tidak suka akan politik, malah harus di paksa melihatnya.Â
Untuk melanjutkan pembahasan tentang artikel saya ini, perlu saya tekankan bahwa apa yang akan ditulis bukan menjustifikasi orang sebagai koruptor, karena bukan kualifikasi saya dibidang itu. Jikalau benar, biarlah mereka yang menanggungnya di mata hukum, walaupun tidak bisa di mata hukum jangan lupa akan hukumNYA. Pada permasalahan ini saya akan menjelaskan bagaimana aspirasi dan komentar publik luas yang dalam konteks masalah Pak Setia Novanto. Â Contohnya baru-baru ini artikel yang ditulis oleh ;
Nabila Tashandra tentang Krologogi Kecelakaan Stya Novanto di kompas.com (16/11/17). Di artikelnya menjelaskan bahwa Setnov mengalami kecelakaan pukul 19.00 WIB, di dekat RS Medika Permata Hijau pada saat ingin pergi ke KPK. Lalu, bagaimana komentar masyarakat menanggapi masalah ini?
Jika mau melihat perbandingan dari negara lain, seperti mentri Ekonomi Jepang, Akira Amari yang mengundurkan karena stafnya yang melakukan korupsi. Walaupun Perdana Menterinya sendiri shinzo Abe tetap menginginkan Amari pada jabatannya. Hal ini dikarenakan Amari merasa malu sebagai pemimpin yang memiliki staf yang melakukan korupsi. Mendagri Portugal, Miguel Macedo yang mengundurkan diri karena diduga kasus korupsi. Pengunduran dirinya dikarenakan Macedo ingin menjada kredibilitas negara dan sejumlah institusi, dan masih ada lagi lainnya kalangan elit politik negara lain yang mengundurkan diri karena masalah dugaan mereka terlibat kasus korupsi.
Sebagian besar dari mereka kalangan elit politik negara lain yang diduga melakukan korupsi dengan besar hati mengakui dan melepaskan diri dari jabatannya dan tidak melakukan perlawanan kepada pihak yang menjustifikasinya. Hal ini dikarenakan meraka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pemerintah dan institusi yang mengusungnya.
Akan tetapi kita sebagai rakyat biasa, terkhusus saya hanya sebagai rakyat yang melihat hal tersebut menjadi geram, tapi tak dapat berbuat apa-apa. Apa yang hanya dapat diperbuat kita rakyat biasa dibandingkan mereka yang memiliki relasi keluarga dikalangan pemerintahan sana? Tapi ingat dan pahamilah kata-kata "SEGALA SESUATU BERADA DITANGAN RAKYAT DAN AKAN KEMBALI KERAKYAT".Â
Rakyat tidak akan tinggal diam melihat hal itu terjadi terus menerus, rakyat masa ini tidak sama dengan rakyat masa dahulu. Rakyat jaman ini lebih melek teknologi yang didalamnya terdapat informasi tentang kelakuan kalangan elit politik yang mengatasnamakan rakyat, padahal keuntungan itu hanya bagi kalangan individu dan antek-anteknya. Rakyat jaman now berbeda dengan rakyat jaman dahulu. Rakyat jaman sekarang adalah rakyat yang rasional. Â Seperti yang dikatakan Jojo dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Suryowati, bahwa masyarakat sekarang adalah masyarakat yang milenial . Karakteristik masyarakat milenial ini lebih berfikir rasional dibandingkan masyarakat generasi tua.
Terakhir, saya tekankan sekali lagi bahwa saya sebagai kalangan rakyat yang tidak memangku jabatan apapun tidak menjustifikasi apakah orang ini benar atau salah, korup atau tidak. Disini saya hanya ingin sebagai masyarakat seperti biasanya menyampaikan aspirasi kepada kalangan elitpolitik bahwa, masyarakat jaman sekarang sebagaian besar merupakan masyarakat mileniall yang lebih bisa berfikir rasional ketimbang masyarakat dahulu.Â