Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hoax vs Borax

13 Juli 2017   10:16 Diperbarui: 13 Juli 2017   10:18 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya postingan media social dan media massa yang mengandung hoax?

Jika anda ditanya , maukah anda makan makanan yang mengandung bahan borax sebagai pengawetnya?,

Jawabannya tentu tidak, mengapa? Mudah saja, borax adalah senyawa kimia yang sangat berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita, silahkan baca artikel mengenai borax.

Belakangan ini banyaknya akses kedunia maya yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab  untuk  mengunggah informasi yang belum tentu real kebenarannya.

Berita yang seharusnya ditayangkan oleh media yang terpercaya, namun saat sekarang kita lebih percaya kepada berita ataupun video yang diunggah oleh orang lain, bagi orang awam pentafsiran informasi tersebut bisa berbeda, karena mereka mendapatkan beritannya dari media social yang berkamuflase menjadi media massa yang itupun juga belum tentu kebenarannya.

Media yang telah terpercaya juga ikut mengambil bagian dalam memainkan peran berita hoax ini, mereka seakan tidak takut bersandiwara memerankan tipu muslihat.

Saat sekarang pengguna smartphone semakin membludak ditengah berkembangnya sistem komunikasi, hal ini membuat anak usia yang belum dikatakan dewasapun sudah bisa melihat dan mengunggah apapun yang ingin mereka unggah, bahkan mereka memalsukan jati diri mereka, banyak orang yang sering tertipu dengan berita yang diunggah tersebut.

Hoax sudah merajalela, tidak kenal batas, bahkan orang yang meninggal karena kecelakaan di objek wisata di sumatera utara pun ikut menjadi korban berita miring, diisukan bahwa korban tersebut hilang di objek wisata pemandian tersebut dan ditemukan dengan cara dipancing dengan kain kafan. Inilah berita hoax yang dapat menyakitkan hati keluarga korban. Yang mengunggah video tersebutpun masih dikategorikan pelajar.

Ini yang membuat berita hoax semakin merajalela di tanah air kita, seandainya saja dinegara kita ini jika ingin menggunakan smartphone haruslah berusia diatas 19 tahun , mungkin hal ini dapat dikendalikan, namun nyatanya umur 5 tahun pun sudah di didik untuk menggunakan smartphone yang sewaktu-waktu bisa disalahgunakan.

Inilah masalah yang seharusnya diperangi oleh kita semua, bukan hanya menjadi tugas aparat, kita semua berhak untuk mengambil langkah.

Generasi muda sudah tidak seperti dahulu yang kreatif dan inovatif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Dari sini kita meski belajar untuk bertindak lebih baik lagi. Sekian wassalam

Kisaran, 11 juli 2017

Faisal fahmi marpaung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun